Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Harun dan Beberapa Kisah yang Viral di Kedang Lembata

 

 

Candu Media Sosial (ilustrasi pexel)

RakatNtt - Publik Kedang bahkan nasional dihebohkan dengan kejadian penganiayaan terhadap Harun di Desa Normal I, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, NTT, beberapa waktu lalu. Para pelaku, saat ini, sudah ditahan oleh pihak kepolisian.

Peristiwa tersebut memunculkan reaksi beragam dari publik sebagai bagian dari sanksi sosial. Ada yang amat marah tetapi ada pula yang berusaha menyeimbangkan suasana.

Selain kisah sedih yang tidak mengharumkan nama sosok Harun, terdapat pula beberapa peristiwa lain yang viral di media sosial.

Terhitung dua bulan terakhir, beragam peristiwa terjadi di Kedang yang dapat dicatat secara ringkas di bawah ini.

Tawuran Remaja

Peristiwa tawuran remaja di Kedang masih saja terjadi. Pihak kepolisian bahkan pemerintah setempat sudah  ulang-ulang kali mengimbau tetapi kebiasaan yang dianggap sebagai “prestasi” ini masih terjadi.

Setelah hari raya Idul Fitri, sekitar dua hari setelahnya, muncul sebuah peristiwa yang menurut informasi terjadi di Leuburi.

Ada sekelompok anak remaja yang mencegat para pengguna jalan yang diketahui sedang pawai.

Aksi baku pukul pun tak terbendung dan viral di media sosial setelah direkam dan disebarkan melalui sebuah video. Apakah peristiwa kenakalan remaja model ini membanggakan nama Kedang? Apakah kejadian ini sudah dicarikan solusinya atau dibiarkan terjadi lagi?

Tak hanya itu, beberapa hari setelahnya,  sebuah video viral memperlihatkan dua remaja sedang duel baku pukul disaksikan oleh pendukung masing-masing yang juga adalah para remaja. Menurut informasi, aksi duel ini terjadi di Weirian.

Konten Caci Maki

Ternyata masih ada orang yang salah atau tidak paham memaknai facebook pro sebagai ruang kreativitas di media sosial. Orang kemudian salah artikan konten kreator.

Padahal menjadi pengguna facebook pro, seseorang harus menyiapkan diri. Konten kreator mesti paham bahwa dalam setiap kreativitasnya harus menekankan hiburan dan pendidikan bukan caci maki.

Yang terjadi justru sebaliknya, ada seorang perempuan dengan gagah berani mengumbar aib “palsu” bahwa suaminya dicubit oleh perempuan lain. Lantas ia kontenkan pada facebook pro, tentu dengan tujuan supaya jangkauan luas.

Hampir tak ada lagi jarak antara kebebasan yang bertanggung jawab dan kebebasan yang liar.

Seorang perempuan memaki-maki perempuan lain (menggunakan bahasa Kedang) tanpa memberi bukti bahwa suaminya dicubit oleh perempuan lain.

Barangkali ia mau menegaskan dirinya sebagai perempuan suci yang menjaga marwah rumah tangga. Namun, dari konten yang ia buat, ia justru menunjukkan diri sebagai perempuan yang kasar, omong tanpa berpikir, dan sebenarnya ia sedang “menelanjangkan” dirinya sendiri.

Tentu bukan hanya si perempuan ini, mungkin masih banyak lagi konten-konten serupa yang belum seviral konten tersebut. Memang miris, kehadiran facebook pro membuat orang mengejar dolar dengan melecehkan dirinya sendiri dan orang lain, melecehkan identitas diri, budaya, agama, dan lain-lain.

Namun, kita juga bisa bertanya; apakah orang-orang tersebut menyadari bahwa mereka sedang salah artikan facebook pro? Apakah mereka merasa nyaman ketika mencaci maki orang lain? Setelah viral; apakah mereka bangga dan menganggap itu sebagai prestasi  karena ditonton oleh semua orang termasuk anak-anak kecil yang malas dikontrol oleh orangtuanya?

Sungguh, melalui medsos, orang bisa kehilangan identitas diri dan tak lagi mengenal diri. Orang tak mampu lagi membedakan yang privat dan publik.

Post a Comment for "Harun dan Beberapa Kisah yang Viral di Kedang Lembata"