Suku Boti di NTT Punya 3 Keunikan, Salah Satunya Tolak Beras Raskin
Orang Boti di NTT (foto Topmetro.news)
RakatNtt - Suku Boti di NTT terkenal sebagai salah satu kelompok masyarakat adat yang masih konsisten mewariskan nilai-nilai kebudayaan. Suku Boti sendiri dikenal ada dua yakni Boti Dalam dan Boti Luar.
Boti Luar merujuk pada kelompok masyarakat Boti yang sudah menerima kemajuan teknologi sedangkan Boti Dalam masih murni dengan kebiasaan tradisional.
Ada tiga keunikan suku Boti yang perlu kita ketahui bahka sebagai bahan belajar yakni sebagai berikut
Pertama, Tolak Beras Raskin
Sampai saat ini, masyarakat suku Boti menolak beras raskin yang disumbangkan oleh Pemerintah. Mereka menolak karena mereka bukan orang miskin dan karena mereka masih berlimpah makanan lokal, khususnya jagung.
Orang Boti memiliki kebun yang ditanami jagung dan stoknya tidak pernah habis. Oleh karena itu, mereka menolak beras raskin. Alasan lainnya karena aspek kesehatan. Jagung lebih sehat daripada beras raskin.
Kedua, Berdayakan Pencuri
Di tempat lain, seorang yang kedapatan mencuri akan dihukum. Namun, di Boti pencuri diberdayakan. Jika ia mencuri jagung, maka raja Boti akan menyuruh masyarakatnya untuk menyumbang jagung kepada sang pencuri. Alasannya jelas, dia mencuri tentu karena ia tidak punya jagung atau karena ia sangat membutuhkan jagung.
Ketiga, Menolak Agama Luar
Ada orang bertanya kepada orang Boti, mengapa tidak masuk atau menerima agama dari luar, misalnya Islam atau Kristen? Jawaban mereka amat sederhana penuh makna. Mereka justru bertanya balik, coba periksa di penjara, berapa orang Boti yang ada di dalam penjara?
Artinya, di dalam penjara tidak ada orang Boti, kebanyakan dari agama lain. Lalu mengapa orang Boti harus menerima agama lain? Sebab hakikat beragama adalah untuk menjadi orang yang lebih baik, bukan sebaliknya menjadi manipulatif, koruptor, penjahat dan sebagainya.
Tiga keunikan di atas dilakukan oleh orang Boti Dalam hingga saat ini dan menjadi ketahanan budaya dan identitas warga Boti. Suku Boti sendiri ada di NTT, tepatnya di bagian Timor Tengah Selatan.