Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Rawat Buah Natu agar Nasibnya Tak Seperti Jeruk Kedang

 


Buah Natu atau Sawo Kecik

RakatNtt - Natu adalah buah Sawo Kecik dalam bahasa Kedang, Kabupaten Lembata, NTT. Natu juga secara harafiah berarti kirim atau mengirim. Nama ini, disesuaikan dengan legenda masyarakat di Desa Mahal dan Mahal II tentang asal-usul Natu.

Secara singkat - saya belum mendalami legendanya secara detail - bahwa Natu ini berawal dari barter masyarakat suku Leuhapu dengan orang dari Alor.

Barter kelapa dengan kacang merah. Lantaran, jadwalnya yang keliru, kedua kelompok masyarakat ini tidak ketemu.

Masyarakat dari Leuhapu datang ke tempat yang kini bertumbuh banyak pohon Natu - sepertinya tempat ini dahulu adalah pasar - dan mendapatkan kacang merah yang disimpan oleh orang Alor. Karena tak ketemu, maka kacang merah tersebut dihamburkan saja dan suatu saat nanti bertumbuhlah Natu - biji buah Natu memang bentuknya persis dengan kacang merah. Sehingga masyarakat setempat kemudian menamakannya buah Natu atau buah kirim - dikirim oleh orang.Itu kira-kira legenda singkatnya.

Namun, yang pasti bahwa buah Natu adalah salah satu pangan lokal Lembata yang harus dijaga dan dirawat agar nasibnya tidak seperti jeruk Kedang (mude hongkong) yang terancam punah.

Selain terdapat di Desa Mahal, tepatnya di pinggir pantai, buah natu juga terdapat di daerah Mingar dan sekitarnya, dengan nama sama yakni Natu.

Rupanya Pohon Natu hanya bisa tumbuh di pinggir pantai. Sebab banyak orang pernah bawa dan menanamnya di tanah pedalaman, memang ada yang bertumbuh subur tetapi buahnya berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan buah Natu di tempat asalnya. Selain itu, batang pohon Natu di pedalaman juga akan cepat rusak atau mati alias tidak bertahan lama dengan cuaca dingin.

Tahun 2014, saya pernah membawanya untuk tanam di tanah subur Hokeng, Flores Timur. Banyak teman saya di seminari Hokeng waktu itu terheran-heran karena baru pertama kali melihat buah Natu. Kami pun menanam Natu di belakang kelas. Setiap pagi dan sore, teman-teman sekelas menyiramnya bagaikan tumbuhan kesayangan. Namun, ketika bertumbuh sekitar satu meter, daunnya mulai layu, batangnya pun demikian dan akhirnya mati. Rupanya, Natu tidak bertahan di daerah dingin.

Dari kisah-kisah ini, buah Natu tergolong makanan lokal langka di Lembata dan bahkan mungkin di Adonara, Solor dan Flores. Lantaran demikian, maka Natu harus dirawat oleh masyarakat adat maupun oleh Pemerintah, agar, sekali lagi nasibnya tidak seperti Jeruk Kedang. Hutan Natu sekitar 2 Hektar di Desa Mahal mesti dilindungi bersama. 

Pemerintah dan masyarakat Desa Mahal, khususnya suku Leuhapu yang punya kaitan sejarah dengan Natu mesti bekerja sama melindungi Natu. Caranya adalah kita sama-sama menjaga agar tidak terjadi penebangan liar, pembuangan sampah yang mengotori hutan Natu atau kita mengontrol agar tdak ada yang sengaja membuka kebun di hutan Natu.

Hutan Natu


Hutan ini juga seringkali dijadikan sebagai tempat refresing, sebab suasananya yang amat sejuk. Namun, kita mengharapkan agar tidak terjadi penebangan liar dan pembuangan sampah plastik di area hutan Natu. Beberapa langkah ke selatan dari hutan Natu, kita akan temukan pasir putih dan laut Sawu yang indah. Artinya, hutan Natu dan daerah sekitarnya adalah potensi wisata yang belum ditata.