Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Jaga Pangan Lokal Papua, Jangan Tukar dengan Makanan Instan

 

 

RakatNtt - Papua sebuah pulau yang terkenal dengan kekayaan alam yang luar biasa. Baik di dalam tanah, di atas tanah, di laut, sungai maupun udara tersedia aneka kekayaan yang menopang kehidupan orang Papua.



Justru karena kekayaan ini, banyak orang membangun usahanya di Papua, katakanlah banyak konglomerat yang membuka usaha di Papua, bahkan hutan harus dikorbankan.

Hal lain yang sangat miris terjadi di Papua dan harus dikritisi adalah, ada orang yang membuat konten menukar mie instan dan pangan luar lainnya dengan pangan lokal Papua. Tentu konten ini dilihat biasa-biasa saja dan tidak dipersoalkan tetapi jika dibiarkan, konten semacam ini akan memengaruhi cara berpikir orang Papua tentang pangan lokalnya yang kaya raya dan bernilai gizi tinggi.

Saya pernah membuat konten untuk mengkritisi konten tersebut, namun yang saya dapatkan adalah cacian. Artinya, banyak orang melihat konten menukar mie instan dengan pangan lokal adalah hal yang biasa. Walaupun demikian, ada hal serius yang harus dikritisi.

Pertama, konten tersebut akan mengubah pola pikir orang Papua. Rasa inferior atau rendah diri mengonsumsi pangan lokal akan terus menguasai cara berpikir orang asli Papua. Mungkin di pengunungan atau pedalaman belum teralu nampak, tetapi di kota-kota sudah sangan nampak.

Bahkan ada seorang teman saya yang ASN mengeluh karena pangan lokal mahal. Padahal, setiap bulan ia mendapat beras gratis dari pemerintah. Dengan dimanjakan oleh beras, barangkali banyak orang di kota yang nota bene ASN akan sulit tertarik membeli pangan lokal yang dijual oleh mama-mama Papua yang datang dari pedalaman.

Di sini, aspek saling membantu mulai hilang. Anak-anak di kota pun sudah jarang terlihat mengonsumsi pangan lokal; mereka lebih suka mie instan, beras dan pangan instan lainnya yang datang dari luar. Padahal jika dibandingkan nilai gizinya, pangan lokal Papua sangat bergizi.

Oleh karena itu, kita mesti mulai mengampanyekan untuk menolak konten menukar pangan lokal dengan makanan instant. Hal ini, perlu juga mendapat perhatian dari Pemerintah Papua.



Kedua, kita mesti menyadari bahwa stunting yang masuk ke Papua sumbernya dari pangan instan yang datang dari luar Papua. Karena itu, mengonsumsi pangan lokal Papua adalah keharusan. Dengan demikian maka kita harus menolak konten-konten seperti itu.

Walaupun dianggap biasa saja bahkan diapresiasi sebagai perbuatan baik.  Namun, jika dibiarkan suatu saat akan berpengaruh sangat besar terhadap cara berpikir orang Papua tentang pangan lokalnya sendiri. Dampak lainnya, mama-mama yang menjual pangan lokal di kota juga tentu akan mendapat imbas dari konten-konten semacam itu.

Bahkan ada seorang yang mengambil foto orang asli Papua yang sedang berproses membuat sagu, lalu ia mengatakan bahwa mereka susah karena tidak makan beras, keju dll. Dengan demikian, orang itu menggunakan kesempatan untuk meminta donasi uang dari orang luar agar ia bisa membeli beras, selanjutnya disumbangkan kepada orang Papua dalam foto tersebut.

Cara-cara mafia seperti ini harus dilawan karena orang memanipulasi budaya asli Papua dengan pangannya yang sangat sehat untuk mendapatkan keuntungan material tertentu.

Apa yang Dibutuhkan Orang Papua

Yang dibutuhkan orang Papua adalah keadilan pembangunan infrastrkur, fasilitas sekolah dan kualitas pendidikan, rumah sakit dan pelayanan umum lainnya. Hal ini menjadi benar ketika para pelajar di Yahukimo menolak makan siang gratis karena tidak relevan apalagi jika makan siang gratis makanannya dibawa dari luar bukan dari pangan lokal asli Papua. Inikan miris!

Makanan di Papua yang sangat kaya raya tak perlu lagi membutuhkan makanan dari luar yang dikuasai oleh pengusaha kaya raya. Orang Papua butuh keadilan, perdamaian, infrastruktur, fasilitas pendidikan dan rumah sakit yang memadai.