Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Lambertus Laba Leumara: Sebuah Perjalanan Hidup, Pengorbanan, Dedikasi dan Semangat Juang


 

Lambertus Laba Leumara

RakatNtt - Lambertus Laba Leumara, atau yang akrab disapa Bela oleh keluarga dan teman masa kecilnya, lahir di sebuah desa kecil bernama Panama, Dusun Waqkio, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 8 November 1978. Desa ini berada di ujung timur Provinsi NTT, jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Bela tumbuh dalam lingkungan sederhana namun penuh kehangatan keluarga.

Sejak usia 7 bulan, Bela diasuh oleh kakek dan neneknya (Opa dan Oma) hingga usia 13 tahun. Kehidupan bersama mereka mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras, dan ketulusan. Namun, masa kecilnya tidak lepas dari tantangan. Ketika ia berusia 8 tahun, sang ayah merantau meninggalkan keluarga, dan ibunya harus bekerja keras di kebun untuk menghidupi anak-anaknya. Saat itulah Bela mulai belajar tanggung jawab yang besar.

Masa Pendidikan: Membangun Fondasi Hidup

Bela mengenyam pendidikan dasar di desa Panama tahun 1990,  kemudian melanjutkan ke SMP Mudakarya di Walangsawah tahun 1991-1994, sambil merawat tiga adiknya—dua perempuan dan satu laki-laki.

Di usia remaja, ia menjadi sosok pengganti ayah dan ibu bagi adik-adiknya. Bela bangun pagi untuk menyiapkan makanan, mengurus rumah, dan tetap belajar dengan tekun di tengah keterbatasan. Bela pun belajar untuk mandiri, sebagai kakak dan pengasuh sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya. Kehidupan di desa mengajarkan Bela untuk menghargai setiap usaha dan kerja keras. Kepribadian Bela yang penuh tanggung jawab dan mandiri berkembang sejak masa kecil, mengajarkannya bahwa hidup bukanlah hal yang mudah dan semuanya membutuhkan usaha dan kerja keras.



Setelah menyelesaikan pendidikan di SD dan SMP, Bela melanjutkan ke SMA Negeri Lewoleba tahun 1994 dan akhirnya lulus pada tahun 1997. Setelah itu, Bela melanjutkan ke Ambon untuk mengikuti Kursus Komputer dan Bahasa Inggris , di Pustikom, sebuah Lembaga Pelatihan,  yang dibiayai oleh almarhum Bapak John Leumara, seorang anggota keluarga yang sangat berperan dalam perjalanan hidup Bela.

Langkah Awal dalam Dunia Kuliner

Pada Agustus tahun 1998, Bela melanjutkan pendidikan ke Malang, Jawa Timur, untuk mengikuti program D1 di bidang Perhotelan, dan lulus dengan baik, pada tahuna1999. Meski perjalanan kuliahnya penuh tantangan, Bela tetap tekun dan berusaha keras untuk meraih impian-impiannya. Tidak lama setelah menyelesaikan studi, Bela memulai kariernya di dunia kuliner dengan bekerja sebagai Daily Worker di Hotel Kartika Graha Malang, sebagai Steward (bertugas mencuci perlaatan makan, kebersihan area dapur) selama enam bulan. Setelah itu, ia menjadi Karyawan Training Steward di hotel yang sama selama enam bulan, sebuah posisi dasar yang kemudian menjadi pijakan awal bagi karier gemilangnya di dunia kuliner.



Pada tahun 2000, ia bekerja sebagai Cook Helper di sebuah restoran China di Blitar. Meskipun baru memulai, Bela tidak pernah menganggap pekerjaan itu remeh. Ia belajar dengan tekun, menghargai setiap kesempatan untuk mengasah keterampilannya, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik.

Tahun berikutnya, ia mendapat kesempatan untuk bekerja di Ulam Seafood Restaurant di Nusa Dua, Bali, sebagai Cook. Pengalaman ini sangat berharga, karena Bela semakin mengasah keterampilannya dalam masakan seafood, yang kelak menjadi salah satu keahlian spesialnya. Setelah itu, pada tahun 2002, ia pindah ke Batu, Malang, untuk bekerja sebagai Cook di restoran lokal.

Pada tahun 2003, Bela melanjutkan perjalanan kariernya ke Jade Imperial Restaurant, Surabaya, sebagai Cook. Di sini, Bela mendapatkan banyak ilmu dan teknik memasak masakan Chinese yang sangat berharga dari Syfu atau guru-gurunya yang berasal dari Guandzhong, China. Mr. A Song, Mr. A Loy, dan Mr. A Cun, yang merupakan chef berpengalaman dari Tiongkok, mengajarkan Bela teknik-teknik dasar dan lanjutan dalam memasak masakan China. Bela belajar tidak hanya mengenai teknik memasak yang presisi dan berkualitas tinggi, tetapi juga tentang filosofi di balik masakan China yang mengutamakan keseimbangan rasa dan penggunaan bahan-bahan segar. Pengalaman ini memberi Bela bekal yang sangat penting untuk mengasah kemampuan memasaknya dan membangun kariernya lebih lanjut.

Bertahan selama tiga tahun di Surabaya, Bela semakin matang dalam dunia kuliner. Pada 2007, ia kembali ke Batu dan bergabung dengan Hotel Pondok Jatim Park, menjadi Assistant Chef yang pertama kali memegang tanggung jawab atas operasional dapur hotel.

Meningkat ke Level Head Chef dan Manajer

Pada tahun 2008, Bela mendapatkan kesempatan besar untuk menjadi Head Chef di Noodle Cafe, Malang. Posisi ini memberinya kesempatan untuk memimpin tim dapur, merancang menu, dan mengelola operasional restoran. Pengalaman ini sangat berharga dalam perjalanan kariernya.


Setelah sukses di Malang, pada 2010, Bela pindah ke Pangkal Pinang sebagai Head Chef dan Manager. Ia mengelola tiga restoran sekaligus, yaitu Noodle Cafe, Hot Chick, dan Yummie Corner. Meski tugasnya sangat berat, Bela merasa puas bisa memimpin dan mengembangkan bisnis restoran yang ia kelola.

Namun, pada tahun 2012, Bela kembali merantau ke Bali, kali ini bekerja sebagai Head Chef di sebuah restoran China di Singaraja. Walaupun hanya bekerja di sana selama enam bulan, pengalaman ini memperkaya pengetahuannya tentang masakan Asia, terutama masakan khas China.

Pada tahun 2012-2013, Bela memutuskan untuk pindah ke Purwokerto dan bekerja di D'Garden Resto and Hall, sebagai Head Chef dan Manager. Di sinilah ia belajar bagaimana mengelola restoran dari sisi operasional dan keuangan, serta berinteraksi langsung dengan pelanggan.

Pada tahun 2013, kesempatan besar datang lagi. Bela mendapatkan pekerjaan di PT Freeport Indonesia di Papua, sebagai Chef de Partie. Di sana, ia beradaptasi dengan lingkungan kerja yang sangat berbeda dan mengikuti standar kuliner internasional dalam lingkungan yang lebih korporat dan terorganisir. Ia bertahan di sana selama tiga tahun.

Pada 2017, Bela kembali ke Cilacap dan bekerja sebagai Head Chef dan Manager di Waroenk Ora Umum. Di sinilah ia mulai merasa adanya kesempatan untuk membuka usaha kuliner sendiri. Pada 2018, Bela membuka usaha Titipan Kilat (TIKI) di Sunter Jaya, Jakarta Utara, namun sayangnya hanya bertahan satu tahun. Tidak menyerah, ia kembali mencoba peruntungan dengan membuka usaha Angkringan Ngaso Mampir di Purwokerto pada 2019. Sayangnya, pandemi Covid-19 datang dan membuat usahanya terhenti.

Pada 2020, Bela mencoba membuka Waroenk Gen Z, sebuah restoran dengan menu Cwie Mie khas Malang, namun pandemi Covid-19 kembali menghalangi usahanya. Bela berpindah membuka usaha di Maos, Cilacap, dengan nama Excellent Food Gallery dan sekaligus mengajar sebagai instruktur Food and Beverage Product di Excellent Hospitality College. Tidak berhenti disitu, Bela juga membuka usaha baru di Sokaraja, yaitu menjual Rujak Jambu Kristal Uncle Berto. Usahanya hanya berjalan tiga bulan, dan Bela harus merantau lagi ke Sorong, Papua, atas permintaan dari seorang Pamannya, Anselmus Aku.

Setalah sampai di Sorong, ternyata jauh dari harapan Bela, yang dari awal diminta untuk menjalankan Catering milik Om nya itu. Ternyata disana bekerja sebagai Pembantu Tukang (Kuli), dalam Pembangunan sebuah Tower Gereja, di Pulau Batanta, yang jaraknya satu hari perjalanan dengan Long Boat dari Kota Sorong.

Mencari Kesempatan Baru di Kota Sorong dan Kalimantan Selatan

Dengan kegigihan dan pantang menyerah, Bela akhirnya mengambil keputusan untuk pergi ke Kota Sorong untuk mencari peluang kerja yang sesuai dengan keterampilan yang ia miliki. Tidak butuh waktu lama, satu minggu kemudian, Bela mendapatkan pekerjaan sebagai Chef de Partie, di Catering Perkebunan Kelapa Sawit, milik PT. Austindo Nusantara Jaya di Sorong Selatan. 

Meskipun hanya bertahan tiga bulan karena kesulitan akses komunikasi, pengalaman ini memberinya wawasan baru tentang dunia kuliner yang lebih besar dan berbeda. Bela tetap bekerja dengan dedikasi tinggi sebelum kembali ke Purwokerto pada April tahun 2022. Bela memutuskan untuk kembali ke Jawa dan melanjutkan perjalanan kariernya ke Semarang sebagai Chef de Partie di Catering Navita dari bulan Mei 2022. Disini Bela harus melayani beberapa Perusahaan ternama, yaitu PT. Indofood, PT. Papros, PT. Sampharindo, dan Poltek Maritim Negeri Semarang. 

Dengan total jumlah 3.000 Paket Lunch Box per hari. Setelah tiga bulan bersama Navita Catering, ia mendapatkan tawaran untuk bekerja sebagai Private Chef di PT Transcoal Pasific, sebuah Perusahaan penyedia rental Kapal Tongkang, bagi Perusahaan Tambang Batu Bara di Jorong,  Kalimantan Selatan, selama satu tahun. Disini Bela mengelola Cafetaria Perusahaan, dengan jumlah 200 orang per hari, tiga kali makan (Menu Breakfast, Menu Lunch, Menu Dinner) dan Menu Special Event.

Kembali ke Kampung Halaman: 2023 – Menemukan Makna Hidup yang Baru

Pada Oktober 2023, Bela memutuskan untuk kembali ke kampung halaman, yaitu Desa Peusawa, Kecamatan Omesuri, Lembata, setelah hampir dua dekade berkelana jauh dari rumah. Kembalinya Bela ke kampung bukan hanya karena faktor pekerjaan, tetapi juga atas permintaan kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia. Kedua orang tuanya membutuhkan kehadiran Bela untuk membantu mereka mengelola kehidupan di desa yang terletak di daerah terpencil tersebut.

Kehidupan di kampung sangat berbeda dengan segala kenyamanan yang pernah dirasakan Bela selama berkarir di dunia kuliner dan dunia usaha. Desa Peusawa, meski indah dan asri, memiliki tantangan tersendiri, terutama dari segi ekonomi dan infrastruktur. Selama di kampung, Bela bersama istrinya, Suminah, yang mendampinginya dengan penuh kasih, bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil mereka yang terdiri dari dua anak, yaitu Agil Leumara yang berusia 13 tahun, dan Hamizan Jaya Sakti Leumara yang baru berusia 2 tahun.

Dalam menghidupi keluarganya, Bela melakukan berbagai pekerjaan yang jauh dari dunia kuliner yang sudah begitu dikenalnya. Ia dan istrinya harus ke gunung untuk mencari kemiri, yang mereka jual dengan harga Rp 5000 per kilogram, serta membuka kebun untuk menanam keladi sebagai sumber penghasilan tambahan. Tidak hanya itu, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Bela juga membuka usaha jualan sayur segar keliling ke rumah-rumah warga di sekitar Gunung Uyelewun, dengan penghasilan terbesar yang hanya mencapai sekitar Rp 120.000 per hari, dengan keuntungan bersih sekitar Rp 65.000.

Selain itu, Bela juga menjual Cilok dan berbagai jajanan anak sekolah di SD Inpres Walangsawah, sebagai usaha untuk menambah pendapatan keluarga. Meski pekerjaan tersebut jauh dari dunia kuliner yang selama ini digelutinya, Bela menjalankannya dengan penuh keikhlasan dan ketulusan. Ia menyadari bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana, dan ia belajar untuk menerima setiap tantangan dengan hati yang lapang, serta tidak menyerah pada keadaan.

Menghadapi Tantangan dan Mengambil Peluang Baru

Meski hidup di kampung terasa penuh tantangan, Bela tidak pernah kehilangan semangat. Ia terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Kembali ke desa memberinya kesempatan untuk melihat kehidupan dari perspektif yang lebih sederhana, namun penuh makna. Bela merasa bahwa meskipun ia jauh dari dunia kuliner dan berbagai pencapaian besar yang pernah diraihnya, ia masih bisa memberikan sesuatu yang berharga untuk komunitasnya.

Kehidupan di desa juga membuka kesadaran Bela akan pentingnya berbagi ilmu dan keterampilan yang ia peroleh selama bertahun-tahun. Hal ini memberi Bela motivasi untuk terus belajar dan mencari cara untuk berinovasi, bahkan dalam kondisi yang serba terbatas.

Peluang di Labuan Bajo, Langkah awal menuju Puncak Karir

Pada Juli 2024, Bela mendapat kesempatan besar untuk bergabung dengan Senja Eatery di Labuan Bajo sebagai Chef de Cuisine, dan juga mengajar di Kampus Politeknik El Bajo sebagai dosen Food and Beverage Product, Diploma 3, Prodi Perhotelan.

Di sini, Bela tidak hanya memimpin tim dapur, tetapi juga menciptakan menu yang menggugah selera, sesuai dengan selera pengunjung internasional yang datang ke Labuan Bajo. Pada event Tahunan Festival Golokoe, Bela menjadi garda terdepan untuk menyajikan menu-menu spesial bagi para Tamu VIP (Uskup, Bupati, Pastor dan Biarawan/ti), dalam jamuan Galla Dinner di Water Front, Pelabuahan Marina. Tidak hanya itu, Bela juga menangani event terbesar, yaitu Galla Dinner dan Pentahbisan Uskup Manggarai Barat, tanggal 31 Oktober  dan 1 November 2024,  yang dihadiri oleh Uskup se-Indonesia, Pejabat Propinsi NTT dan Kabupaten Manggarai Barat.  

Pengalaman ini membawa Bela menjadi lebih matang dalam skill kuliner yang ia miliki dan lebih dekat pada tujuan hidupnya untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada generasi muda. Bela bergabung di Politeknik El Bajo selama tiga bulan.

Langkah Besar ke Melbourne, Australia

Pada 18 November 2024, Bela melangkah lebih jauh lagi dalam kariernya, bergabung dengan NOMAD Restaurant, sebuah restoran bergengsi di Melbourne, Australia, sebagai Chef de Partie. Di NOMAD, Bela bertanggung jawab untuk memastikan setiap hidangan yang keluar dari dapur memenuhi standar kualitas tertinggi, sambil memimpin bagian dapur untuk memastikan kelancaran operasional. Posisi ini memberikan Bela kesempatan untuk memperluas jaringan profesionalnya, serta memberikan pengaruh lebih besar di kancah kuliner internasional.

Pesan dari Perjalanan Hidup Bela

Perjalanan hidup Lambertus Laba Leumara adalah bukti nyata bahwa kesuksesan datang bukan hanya dengan kemampuan, tetapi juga dengan kerja keras, ketekunan, dan kesediaan untuk terus belajar. Dari sebuah desa kecil di ujung timur Indonesia hingga bekerja di restoran-restoran terkenal di seluruh dunia, Bela telah menginspirasi banyak orang untuk tidak mudah menyerah. Ia adalah contoh nyata bagi generasi muda bahwa jalan menuju impian tidak selalu mudah, namun dengan tekad dan semangat yang tak kenal lelah, segala sesuatu mungkin tercapai.



Perjalanan hidup Bela menunjukkan kepada kita bahwa kesuksesan bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Setiap tantangan yang dihadapinya, baik itu berjuang keras untuk mendukung keluarga atau menghadapi pandemi yang merusak usaha, tidak pernah membuatnya menyerah. Sebaliknya, itu justru semakin memotivasi Bela untuk terus maju, belajar, dan beradaptasi dengan keadaan. 

Kisah hidup Bela mengajarkan kita bahwa tidak ada jalan pintas menuju kesuksesan, dan tidak ada pekerjaan yang terlalu kecil. Semua usaha harus dijalani dengan tulus, penuh dedikasi, dan rasa syukur.

Bagi generasi muda yang sering kali menginginkan segala sesuatunya serba instan, perjalanan hidup Bela adalah sebuah contoh bahwa kerja keras dan ketekunan adalah kunci utama untuk meraih impian, apapun rintangannya.

Semoga terinspirasi.

Best Regards

Bela Leumara