Fatukopa Bahtera Nabi Nuh dan Jawa Toda Wato Perahu Majapahit di NTT
Jawa Toda Wato (bawah) dan Fatukopa (atas) |
RakatNTT - Fatukopa adalah sebuah bukit kapur yang ditutupi beragam vegetasi khas hutan tropis. Fatukopa dalam bahasa Dawan artinya batu kapal. Bukit kapur yang terdapat di Timor Tengah Selatan ini, selain menawarkan panorama indah juga memiliki cerita unik yang mengguncang dunia.
Menurut kepercayaan warga setempat, Fatukopa adalah kapal atau bahtera Nabi Nuh yang karam. Hingga saat ini, Fatukopa dianggap sebagai tempat keramat sehingga tidak sembarangan orang yang bisa mendaki ke puncak bukit ini kecuali atas dasar izinan dari ketua adat.
Dari berbagai sumber diketahui bahwa untuk mendaki ke puncaknya, kita harus melewati jalan yang sulit dan berbahaya. Namun, supaya tidak merepotkan, kita bisa menyaksikan saja panorama bukit Fatukopa dari dataran tinggi lainnya disekitar Fatukopa.
Terlihat memang seperti sebuah kapal yang karam. Walaupun masyarakat setempat memercayai bahwa itu adalah bahtera Nabi Nuh tetapi sampai saat ini belum ada penelitian ilmiah tentang kepercayaan tersebut.
Bukit Fatukopa berada di Kecamatan Fatukopa, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari kota So’e, jaraknya sekitar 57 Km.
Jawa Toda Wato
Nusa Tenggara Timur amat kaya dengan keindahan alamnya dan kisah-kisah masa lalu. Sebuah batu di pinggir pantai Desa Munaseli, Pulau Pantar, Kabupaten Alor menjadi obyek wisata yang menarik.
Bukan saja karena penoramanya melainkan cerita masa lalu di balik batu itu. Dikisahkan bahwa batu Jawa Toda Wato ada kaitannya dengan kedatangan pasukan Majapahir (sekitar 1300-an) ke Munaseli yang pada zaman dulu merupakan sebuah kerajaan kuat di pulau Pantar.
Salah satu bukti peninggalan yang menegaskan kedatangan pasukan Majapahit ini dapat terlihat pada pemberian nama sebuah batu di pinggir pantai yakni Jawa Toda Wato. Ada banyak versi cerita tentang batu tersebut, salah satunya bahwa batu tersebut adalah perahu orang Majapait yang kemudian berubah menjadi batu; ada versi lain yang menceritakan bahwa bat tersebut berkaitan dengan hukumman perang pada zaman itu yakni menarik batu sampai ke Jawa.
Namun, cerita-cerita tersebut tidak tercatat secara sistematis. Walaupun demikian, cerita rakyat tentang kedatangan Majapahir ke Munaseli sampai saat ini masih kuat dituturkan bukan hanya oleh orang Munaseli melainkan sudah menjadi pengetahuan umum orang Alor. Singkat cerita kedatangan majapahir ke Munaseli berawal dari tragedi perang antara kerajaan Munaseli dan Pandai. Dua kerajaan yang bertetangga atau berdekatan dan masih memiliki hubungan kawin-mawin.
Untuk sampai ke Jawa Toda Wato, dari Kalabahi kita bisa menggunakan perahu motor dengan menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam. Panoramanya amat indah sebab akan ada banyak obyek indah tambahan di sekitar Jawa Toda Wato, di antaranya kita bisa melihat panorama pulau Buaya, Pura, Ternate dan Alor.