Warga Grup BLN Lembata, Pengontrol yang Teralienasi
RakatNtt
– Kehadiran
media sosial, turut pula menghadirkan dua wajah yang saling melekat. Pada satu
sisi, media sosial hadir sebagai wadah untuk berkreativitas, mengekspresikan
kontrol sosial dengan data-data pendukung. Namun, pada sisi lainnya, medsos
bisa menjadi wadah menjatuhkan orang, fitnah dan aneka ekspresi buruk yang bisa
menghancurkan mental atau psikis orang tertentu.
Kita bisa temukan banyak sekali contohnya; kadang
orang berusaha memfitnah dengan cara membuat status facebook menggunakan akun
anonim; masalah pribadi orang di ruang privat tiba-tiba muncul di ruang publik
oleh orang yang tak dikenal. Lantas, kita mulai saling curiga, menuduh dan
seterusnya.
Salah satu grup Facebok dengan nama Bicara Lembata
New yang anggotanya sudah puluhan ribu, hampir setiap hari ribut dengan
postingan akun anonim. Selain postingan ketidakpuasan hasil Pilkada, olok-olokkan
terhadap yang kalah Pilkada; kita juga menemukan postingan lain yang menjurus
ke fitnah pribadi orang tertentu.
Bahkan masalah pribadi pun dinaikkan di grup
Facebook Bicara Lembata New agar dinikmati oleh semua anggota grup sambil
merespons dengan klik like atau tertawa.
Sebenarnya, ada dua hal yang coba kita perhatikan
secara serius dari kehadiran grup facebook Bicara Lembata New. Pertama adalah
sebagai pengontrol. Media sosial adalah wadah yang tepat untuk mengekspresikan
kontrol sosial. Dengan kehadiran grup ini, masalah-masalah sosial, bencana alam
dan lainnya bisa cepat diinformasikan ke publik. Ada kasus pembunuhan,
pencurian atau Kepala Desa yang bertindak premanisme di kampung misalnya, bisa
cepat diketahui publik melalui facebook.
Dengan demikian, setiap orang yang melakukan
tindakan kejahatan, relasi kuasa yang sewenang-wenang di setiap tingkatan akan
semakin hati-hati. Sebab setiap tindakan jahat mereka dipantau oleh akun-akun
facebook milik warga Lembata.
Masalahnya adalah kontrol sosial melalui facebook
seringkali mengarah kepada fitnah sebab sang pengontrol menghadirkan diri sebagai
akun anonim – namun nilai baiknya paling kurang ada informasi yang disampaikan
– jika informasi itu benar maka kita apresiasi tetapi jika hoaks maka betapa
kurang ajarnya orang yang memosting.
Akun anonim tidak hadir sebagai komunikator yang
jujur dan akibatnya komunikan akan menjadi bingung dengan informasi yang
disampaikan. Padahal sebenarnya salah satu aspek penting dari informasi adalah
kebenaran. Artinya, identitas komunikator harus jelas dan data-data informasi
harus cukup valid, bukan sekadar narasi liar.
Kedua adalah sebagai penakut. Orang yang terkategori
penakut akan mengekspresikan diri sebagai akun anonim; ia takut diketahui
orang. Ah, jika demikian mengapa harus memosting? Biasanya akun anonim kategori
penakut mengekspresikan rasa tidak suka secara pribadi, dendam pribadi atau
masalah pribadi yang tidak bersentuhan dengan kepentingan publik. Hal seperti
ini sudah banyak sekali kita temukan di
grup facebook Bicara Lembata New.
Dari dua hal di atas kita menjadi dilematis memilih.
Kehadiran medsos telah membuat kita teralienasi dari diri kita sendiri. Kita
mengkritik sebuah kebijakan umum tetapi kita tidak percaya diri, kita takut
diketahui orang, kita teralienasi dari diri sendiri; kita bukanlah seorang nabi
yang jujur dan berani.
Dari dua hal di atas pula kita mau memilih yang mana
menjadi akun resmi dengan nama sebenarnya atau akun anonim?
Akun resmi dengan nama yang jelas masih bisa jujur
dengan data-data pendukung saat memosting. Namun, akun anonim akan cenderung
bernarasi liar tanpa data-data valid. Akun anonim bisa jadi adalah orang yang
punya masalah pribadi dengan orang tertentu dan dengan dirinya yang adalah
penakut, ia akan memosting untuk menjatuhkan orang.
Oleh karena itu, sebagai warga online Lembata, kita
mesti tahu diri, hati-hati membuat postingan; jangan sampai yang kita posting
adalah bentuk dari fitnah, ketidaksukaan kita terhadap pribadi tertentu yang sebenarnya
tidak perlu diketahui publik online di grup facebook.
Jika ada dendam pribadi dan lain-lain, silahkan selesaikan
secara pribadi sesuai budaya atau kearifan lokal yang ada di kampung
masing-masing. Sebab media sosial adalah wadah komunikasi sosial; informasi
yang bersifat publik dan tidak menyesatkan nalar.