Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Peristiwa Penerkaman Buaya dan Cara Kita Bermedsos

 

Ilustrasi


RakatNtt – Suasana hari ini, 24 Desember 2024 amat berbeda. Di tengah gegap gempita perayaan Natal, kita juga mendapat informasi kematian dengan cerita beragam; ada kematian karena umur lapuk tetapi ada pula kematian karena terkaman buaya.

Di pantai Weilolon, Desa Wailolong, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, NTT, nyawa seorang Pria pemuda dari kampung Meluwiting hilang seketika ulah seekor buaya buas.

Dari informasi yang beredar, pria tersebut diterkam buaya saat sedang menyulu atau mencari ikan. 

Semuanya berubah seketika dan tak ada seorang pun yang mampu mengubah peristiwa ini menjadi kisah bahagia. Nyawa pria yang adalah seorang pendidik ini telah pergi. Alfatihah.

Memang tak heran lagi, di wilayah pantai Weilolon bukan baru kali ini terjadi hal serupa. Sudah berulang-ulang kali nyawa manusia hilang karena keganasan buaya. 

Namun, mau bagaimana? Binatang buas tak punya nalar untuk mempertimbangkan perbuatannya.

Kepergian korban terkaman buaya tentu meninggalkan luka yang mendalam bagi sanak keluarga.

Banyak orang pun meratapi kepergiannya dengan beraneka cara. Bagi kita yang bermedsos tentu peristiwa ini menjadi cepat tersampaikan ke publik berkat wadah Medsos, khususnya Facebook dan WA. 

Namun, sebagai manusia bernalar, tentu kita paham cara bermedsos yang mesti menjaga perasaan para keluarga korban.

Ada foto korban yang tersebar saat masih di mulut buaya beredar tanpa blur juga videonya. 

Cara menyebarkan informasi seperti ini mesti dipertimbangkan tingkat kelayakannya, apalagi melalui Medsos.

Kehadiran Facebook Pro juga membantu menyebarkan informasi mengerikan ini. 

Namun, lagi-lagi, ada foto dan video yang tidak diblur. Ada pengguna Medsos menyampaikan berita kematian ini tanpa mempertimbangkan dampak psikologis bagi keluarga korban. Intinya posting kah?

Bahwa benar, kita semua meratapi peristiwa duka ini tetapi cara kita menyampaikan informasi kepada publik melalui Medsos mesti dipertimbangkan kembali.

Orang yang meninggal dalam kondisi sengsara karena diterkam buaya, memang tak layak kita sebarkan fotonya di medsos tanpa blur. 

Kita mestinya mempertimbangkan “rasa” kita dan “rasa” dari keluarga korban agar mereka tidak semakin terbawa sedih dan trauma dengan peristiwa model ini.

Mempertimbangkan sebuah informasi adalah langkah yang paling penting sebelum dipublikasikan kepada publik. Hal-hal seperti ini mesti diketahui oleh kita semua sebagai pengguna Medsos.

Ada rasa yang harus kita jaga, ada cara yang layak dan tidak yang mesti kita pertimbangkan. 

Terlepas dari itu, pantai Weilolon yang sudah banyak memakan korban karena banyak buaya ganas mesti dipertimbangkan lagi oleh warga; apakah layak sebagai tempat menyulu atau sebaliknya?