Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Temanku Pater Iso Olong, tentang Bola Kaki dan Pisang Ambon di Hokeng

 


RakatNtt.com - Setelah tamat dari SMP Muda Karya Walangsawa, saya bersama salah seorang teman menghadap pastor Paroki Salib Suci Hoelea. Tujuan saya yakni ingin mendaftar untuk melanjutkan studi di Seminari San Dominggo Hokeng. 

Teman tersebut, setelah mendaftar langsung dicegat oleh bapaknya yang sangat teguh berpendirian untuk mendapakan cucu dari putranya tersebut sehingga ia membatalkannya ke Seminari Hokeng. 

Saya kemudian mengikuti tes di SMP Santo Pius Lewoleba. Tepat di sini, saya mendapat satu teman baru yang juga berasal dari Muda Karya Walangsawa. Dia adalah Iso Olong, sang pemilik senyum dari Aramengi. Bersama Iso, saya juga dinyatakan lulus untuk menggali ilmu lebih dalam di Seminari Hokeng. 

Dua utusan dari Salib Suci Hoelea yang waktu itu, bahasa Indonesianya masih kacau balau karena saban hari di Kedang, kami menggunakan bahasa daerah. 

Namun, berbaur dengan banyak teman dari wilayah dan budaya yang berbeda, kami akhirnya bisa berkembang perlahan termasuk berbicara menggunakan Bahasa Indonesia, hehe. 

Masuk Seminari Hokeng tahun 2012 dan tamat 2015. Iso Olong dikenal sebagai orang yang pendiam tetapi amat cerdas. Kecerdasannya di kelas didukung pula dengan kemahirannya di lapangan bola kaki. Ia juga murah senyum dan sopan dalam pergaulan sehingga teman-teman memilihnya untuk bertugas pada bagian seksi kerohanian. 

Tiga tahun di SMP dan 4 tahun di SMA Seminari Hokeng, saya mengenal Iso dengan karakternya yang unik. Selalu membuka setiap perjumpaan dengan senyum, lincah bermain bola kaki dan satu lagi yang sama dengan saya yakni kalau makan nasi pasti selalu tambah dua sampai tiga kali hehe. 

Teman-teman kami dari daerah lain selalu mengganggu saya dan Iso bahwa kalau orang Kedang pasti makan banyak. Julukan ini tak bisa kami bantah, apalagi Iso. 

Di Hokeng, para seminaris punya cerita yang sebagian besarnya sama, salah satunya yakni mengunjungi kebun pisang. Setiap anak seminari pasti punya pengalaman ini. Satu kali, bersama Iso dan satu orang teman dari Ilowutung, Lebatukan, namanya Eman Lengari, kami menuju kebun pisang karena telah tersedia harta benda di sana. 

Eman Lengary sudah menyiapkan satu tandan buah pisang ambon yang sudah ia peram 3 hari sebelumnya. Dengan semangat membara, kami melahap pisang tersebut dan habis dalam waku yang cepat. Tak cukup sampai di situ, Eman harus melayani perut kami yang masih ingin menimbun makanan dengan beberapa buah kelapa. 

Menikmati buah pisang ambon dan kelapa muda tanpa meminta izin kepada pastor pembina adalah sebuah pelanggaran. Namun, hal ini kami lakukan dengan strategi senyap. Setelah kenyang, kami kembali ke asrama dengan tenang. 

Ini salah sau cerita, masih banyak yang lainnya. Cerita paling banyak adalah tentang bola kaki. Iso adalah pemain bola kaki handal yang bertumbuh sejak di Seminari Hokeng.

Bola Kaki dan Takut Naik Oto 

Sejak di SMP Walangsawa, Iso Olong belum cukup terkenal dalam hal bola kaki apalagi ia tinggal di kampung yang tidak punya lapangan bola, Aramengi. Namun, waktu berubah, manusiapun turut berubah di dalamnya. 

Kalau tidak salah Iso mulai dipanggil masuk sebagai pemain cadangan Sesado sejak duduk di bangku kelas satu. Seingat saya, Iso masih sebagai pemain belakang dan cadangan. 

Namun, namanya semakin naik daun ketika mengikuti pertandingan Liga Pelajar Indonesia Kabupaten Flores Timur. Kelincahannya menggocek bola, badannya yang kekar dan terlebih larinya yang sangat cepat membuat Iso dipanggil masuk sebagai tim inti. 

Pemain belakang asal Kedang ini berkembang mulai dari pemain belakang hingga menjadi pemain depan andalan. Tendangan luar kotak pinalti adalah tendangan yang sangat berbahaya jika dieksekusi oleh Iso Olong. 

Saking terkenalnya, ada orang Larantuka yang datang sampai di Seminari untuk menjemput Iso ke Larantuka dengan alasan Iso muntah kalau naik oto, hehe. Orang tersebut sangat kagum dengan Iso. Dari bola kaki, Iso sudah terkenal namanya hingga ke Seminari Tinggi Ledalero. Setiap kali membawa bola, para penonton mulai berteriak Iso Boyang, Iso Boyang dan biasanya akan selesai di dalam gawang lawan dengan aman.

Dari Hokeng ke Atambua dan Maumere

Tamat dari Seminari Hokeng, saya dan Iso tetap berkomitmen untuk bersama-sama masuk SVD yakni di Novisiat Nenuk. Dua tahun kami hidup di tanah timor dengan cerita-cerita yang kaya; mulai dari balik tanah, buka bedeng sayur, piara sapi dan babi juga kambing dll. 

Di tempat ini pula, Iso tetap diandalkan sebagai pemain depan SVD. Di Novisiat Nenuk, kami lebih banyak menggeluti aspek kerohanian dan lagi-lagi Iso dengan kesopansantunannya dipilih sebagai pengurus seksi rohani. 

Di tempat ini, kami tak menggunakan HP. Semua informasi, kami peroleh lewat televisi atau membaca koran pos kupang dan kompas. Di tempat ini pula saya dan Iso untuk pertama kalinya mengenakan jubah sebagai frater yang kami bawa terus sampai ke Seminari Tinggi Ledalero.

Kurang lebih empat tahun bersama Iso di Ledalero dan dengan kendala satu-dua hal, saya harus meninggalkan Biara. Utusan dari Paroki Hoelea tersisa satu di angkatan Ledalero 80 yakni Iso Olong. 

Sedikit cerita tentang Iso di Maumere. Bola kaki sudah pasti nama Iso Olong selalu di atas. Ia masuk tim inti Arsenal bahkan sesekali diundang tim luar untuk bermain. 

Di Maumere, mental Iso yang pendiam dan pemalu mulai ia tanggalkan. Setiap kali ada pesta di sekitar daerah Nita, hmmm, Iso pasti sudah siap duluan dengan sepatu dan baju yang rapih. Ternyata anak ini hobi joget juga hehe. Kalau sudah satu dua teguk moke Nita, hmmm, musik remix Maumere Timur jangan coba-coba beri umpan karena pastor muda ini pasti berekspresi di hadapan teman joget entah itu bersama frater maupun nona-nona nita.

Awal oktober 2024, Iso bersama teman-teman kami yang lain ditahbiskan menjadi imam. Dari Seminari Hokeng – teman seangkatan – ada Iso, Yono dan Ancos. Proficiat dan selamat bertugas di tempat misi masing-masing. Iso Olong selamat bermisi di Sudan Selatan dan saya bermisi di kebun Pantai Selatan, hehe.***

Post a Comment for "Temanku Pater Iso Olong, tentang Bola Kaki dan Pisang Ambon di Hokeng"