Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Kedaulatan Pangan Lokal Alor untuk Minimalisasi Kebergantungan pada Beras

 

Salah satu Pandu Budaya sedang memaparkan hasil temukenali di Simfoni Hotel, Jumad 9 Agustus 2024


RakatNtt.com - Pandu Budaya Alor telah mendata 582 Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) dari 10 kategori. Proses temukenali OPK dilakukan selama kurang lebih satu bulan di 5 pulau yang ada di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Dari semua OPK yang terdata, diprioritaskan upaya kedaulatan pangan lokal Alor baik darat maupun laut agar bisa meminimalisasi kebergantungan pada pangan dari luar Alor, khususnya beras. 

Berdasarkan data, per tahun dibutuhkan sekitar 25-28 ton beras. Namun, dari total tersebut, hanya sekitar dua ton beras yang diambil dari Alor, selebihnya dari luar. 

Hal ini menjadi keprihatinan sebab di tengah surplus pangan lokal, Kabupaten Alor justru mengandalkan pangan beras dari luar yang sangat masif. 

Saat kurasi OPK di Simfony Hotel, Kalabahi, Kamis 8 Agustus 2024, Pandu Budaya bersama tim dari Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbudristek RI merumuskan rekomendasi yang berfokus pada pengembangan pangan lokal Alor. 

Rekomendasi tersebut dipaparkan di hadapan Pj. Bupati Alor, Kadis Kebudayaan dan beberapa OPD terkait dengan menitikberatkan pada upaya kedaulatan pangan lokal di Alor, Jumad (9/8). 


Direktur KMA, Samsul Hadi mengatakan, pemerintah pusat mendorong masyarakat Alor untuk menggali kembali potensi budaya lokal khususnya pangan agar bisa mengurangi kebergantungan pada pangan dari luar khususnya beras dari Jawa dan Sulawesi. 

Ia mengharapkan upaya ini bisa masuk sampai ke sekolah sehingga bertalian dengan program makan sehat di sekolah yang dimulai pada tahun 2025. 

"Saya berharap dari Dinas Pendidikan memberikan konsentrasi lebih ke anak," ungkap Syamsul Hadi. 

Untuk mendukung program ini, ia mengharapkan ada kerja sama sekolah dengan desa, misalnya desa menyiapkan pangan lokal kepada sekolah sehingga rantai ekonomi bisa berputar di desa bersangkutan. 

Hal lain disampaikan oleh Kadis Kebudayaan Alor, Sopia Beny Loro Dida, S.Pd, MM. Ia mengapresiasi kerja Pandu Budaya Alor dan tim KMA karena dari data dan rekomendasi yang dilahirkan menjadi referensi bagi pemerintah untuk melahirkan kebijakan yang relevan dan kontekstual. 

Penjabat Bupati Alor,  Dr. Drs. Zet Sony Libing, M.Si, mengucapkan terimakasih dan proficiat atas kerja sama Pandu Budaya dan Fasilitator Sekolah Lapang Kearifan Lokal bersama tim KMA untuk menyadarkan kembali rasa cinta terhadap pangan lokal dan keberlanjutannya. 

Menurutnya, kehadiran program SLKL ini mendorong masyarakat Alor untuk menggali kembali nilai-nilai budaya lokal yang bernilai tinggi, khususnya pangan lokal. Masifnya beras telah memformat cara berpikir inferior terhadap keberagaman pangan lokal di Alor. Karena itu, dibutuhkan gerakan bersama untuk membudidayakan, mengonsumsi dan mempertahankan pangan lokal Alor. *** (Rian) 




Post a Comment for "Kedaulatan Pangan Lokal Alor untuk Minimalisasi Kebergantungan pada Beras"