Tanggapi Debat Cawapres, Mahasiswa NTT di Jakarta Barat Adakan Diskusi Bersama
RakatNtt.com - Perhelatan debat Cawapres pada 21 Januari 2024 menuai banyak sorotan. Tak terkecuali para pengamat politik dan aktivis, sejumlah pelajar NTT di Jakarta Barat juga memiliki tanggapan tersendiri terkait debat tersebut.
Mereka adalah kumpulan mahasiswa yang tergabung dalam forum diskusi pelajar NTT se-Jakarta Barat. Berbekal keinginan untuk saling bertukar ide, mereka kemudian berkumpul dan melakukan diskusi bersama pada Sabtu (27/01/2024) di Warmindo Romi, Jalan Tawakal, Grogol.
Diskusi tersebut mengangkat judul “Debat: Pertarungan Gagasan atau Sentimen?”.
Hadir sebagai pembicara, Grace Gawen, mahasiswa Trisakti berdarah Lembata menyampaikan sejumlah catatan terkait debat yang berlangsung.
Grace, demikian ia disapa terlebih dahulu membuat pembacaan terkait tema debat dan pandangan dari masing-masing calon. Bagi Grace, hampir semua Cawapres memiliki pandangan yang kaya terkait tema debat. Namun, ia menyayangkan ada Cawapres yang tidak membangun argumentasinya sesuai data yang benar.
“Penjelasan soal sensus pertanian, misalnya disebutkan bahwa rumah tangga gurem meningkat hampir 3 juta sejak sepuluh tahun terakhir. Padahal, data BPS kita menyebutkan hanya 2,64 juta rumah tangga petani gurem yang meningkat. Ini kan berarti tidak sesuai data?” umpat Grace menyinggung penjelasan dari Cawapres Muhaimin.
Selain data yang keliru, Grace juga menyinggung kedalaman analisis dari para Cawapres. Menurutnya, ketiga Cawapres tidak mampu mengeksplorasi gagasan sesuai ketentuan tema. Mereka terkesan mengajukan jawaban yang idealis dan lebih cenderung definitif. Persoalan mengenai nikel, misalnya tidak dibicarakan sampai pada peningkatan kualitas SDM, tetapi hanya berpendar pada urusan distribusi. Padahal kalau mau dinilai, produksi nikel yang banyak di Indonesia harusnya menjadi peluang untuk peningkatan ekonomi masyarakat.
Hal lain yang disorot Grace adalah soal gimmick yang berlebihan dari Cawapres.
“Dalam sesi tanya jawab tentang Greenflation, Cawapres Gibran melakukan ekspresi yang tidak wajar ketika mendengar jawaban dari Cawapres Mahfud MD. Secara tidak langsung, publik sebenarnya sudah bisa menilai siapa sesungguhnya Gibran itu,” singgung Grace.
Selepas pemaparan materi, para peserta diskusi kemudian mengajukan tanggapan. Ada ragam pertanyaan terkait metode diskusi, inti persoalan, gimmick dan etika. Aris Suwandi, salah seorang peserta diskusi mengajukan tanggapan kritis terkait kelangsungan debat Cawapres. Ia menyayangkan jawaban dari para Cawapres yang justru lebih terpaut sentimen ketimbang menyinggung inti persoalan. Menurut Aris, tema debat seharusnya digali lebih jauh sesuai konteks persoalan yang dialami oleh mayarakat.
“Seharusnya jawaban-jawaban yang disampaikan itu menyasar pada inti persoalan. Bukan lebih banyak dibumbui gimmcik,” tandas Aris.
“Nah karena gimmick tadi, maka yang muncul kemudian adalah sentimen. Sementara rasionalitas hilang dari arena perdebatan”, tambah peserta diskusi yang lain.
Seluruh rangkaian diskusi berjalan dengan lancar. Ruben Nabu, inisiator diskusi menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua peserta yang telah berkenan hadir. Ia juga mengharapkan agar semangat untuk terus membangun dialog tetap bernyala agar lahir daya kritis dalam menanggapi realitas.
“Debat Cawapres kemarin itu menjadi petanda bagi kita supaya jangan salah pilih. Kita pilih pemimpin yang tahu inti persoalan bangsa. Bukan pemimpin yang mengedepankan performativitas”, tutup Ruben di akhir diskusi. (Defri Ngo, alumni IFTK Ledalero. Sekarang domisili di Jakarta).