Cerita Manu’ Singkoko/Ayam Ajaib Suku Hunaero, Kalikur
RakatNtt.com - Masyarakat
Kedang di Lembata (kalikur), khususnya para tetua masih sangat melekat
ingatannya tentang cerita manu’ singkoko’; ayam ajaib yang bisa mendatangkan
kekayaan bagi pemiliknya. Cerita rakyat yang berjenis mite ini diyakini
benar-benar terjadi pada masa lampau, walaupun sangat irasional jika dibaca
pada konteks kekinian.
Ilustrasi Manu' Singkoko |
Pada jaman dahulu masyarakat Kedang hidup di atas
puncak gunung Uyelewun setelah itu mereka
melakukan ekspansi untuk mencari kehidupan yang baru dalam istilah edang
disebut (Dorong Dope’). Seorang laki laki bernama Riang Loyo dan kedua anaknya bernama Roho
Riang dan Latung Riang berekspansi sampai di atas bukit Desa Kalikur bernama Nilung
Tope dan tinggalah mereka disitu untuk sementara waktu.
Setelah itu, Riang Loyo ini pergi berkarang
untuk mencari makanan, kemudian sekembalinya dia ke tempat tersebut Ia
menemukan kedua anaknya sementara bermain-main bersama seekor ayam yang memiliki
tubuh tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, memiliki ekor tidak terlalu
panjang dan tidak terlalu pendek dan memiliki taji di kepala seperti burung
kakatua dan diikat dalam bahasa edang disebut (ujung naeng) artinya diikat
dengan tali dengan makanannya di tempurung kelapa.
Keesokan harinya tali ayam itu sudah
terlepas dan ayam tersebut sudah hilang kemudian talinya berubah menjadi emas
yang disebut dalam bahasa edang (aba) dan tempurung itu berubah jadi emas dalam
bahasa edang disebut (bulang). Setelah itu diakui sebagai pusaka oleh sebuah
suku yang ada di kalikur (SUKU HUNAERO), Suku
ini adalah suku tuan tanah di desa kalikur. Pusaka yang ditinggalkan tersebut
biasanya dipakai dalam ritus pernikahan bagi perempuan suku Hunaero. Pada tahun 1992
pusaka itu hilang dan belum diketahui keberadaannya sampai sekarang.
Nah, pada konteks sekarang, tentu cerita
itu mesti dibaca ulang secara kritis; bukan bermaksud melenyapkan cerita mite
itu, tetapi menggali makna positifnya yang relevan.
kita mesti menerima cerita itu sebagai
sebuah kekayaan budaya lokal. Cerita ayam ajaib adalah bagian dari budaya
Kedang; budaya folklor atau cerita rakyat yang terus mengalir membuka
wawasan anak-anak Kedang. Intinya ialah, setelah menerima cerita itu, orang
Kedang bisa memetik maknanya untuk konteks kekinian. (Oleh Husein
Ratuloli dan Muhammad Algazali/Narasumber: Moh Alwan S. Wuekero)