Daftar 5 DPRD Lembata yang Tak Perlu Dipilih Lagi pada Pemilu 2024
RakatNtt.com - Daftar 5 DPRD Lembata yang Tak Perlu
Dipilih Lagi pada Pemilu 2024 –
Anda pasti sudah mengenal ke-25 DPRD Lembata yang saat ini selalu disiplin
berada di Peten Ina untuk membicarakan nasib hidup orang Lembata kan? Mereka datang
dari berbagaimacam latar belakang, baik itu keluarga, tingkat pendidikan,
pengalaman maupun partai politik.
Saat
ini, nahkoda Peten Ina dikendalikan oleh Petrus Gero dari partai Golkar
sedangkan dua wakilnya dari PDIP dan PKB. Baru-baru ini, saat Kapolres Lembata,
AKBP Vivick Tjangkung turun langsung memantau kondisi di SPBU Lamahora, Ketua
DPRD Lembata ini selalu mendampingi beliau. Mereka sudah berkomitmen untuk
bersama-sama berjuang untuk membantu masyarakat dengan jalan menyelesaikan
persoalan BBM di Lembata.
Ada
yang mendukung langkah Kapolres tapi ada pula yang pesimis; jangan sampai ini
hanya permulaan saja? Nah, kecurigaan itu sangat diperlukan untuk mencari tahu
sebuah kebenaran tunggal.
Kali
ini, RakatNtt menyuguhkan kepada pembaca terkait daftar 5 DPRD Lembata yang tak
perlu lagi dipilih untuk kembali ke Peten Ina. Siapa saja mereka? Mau tahu? Inilah
mereka.
Pertama, DPRD yang D-4
Datang,
duduk, dengar, dapat doi (D-4) adalah kriteria DPRD Lembata yang tak perlu lagi
dipilih untuk menduduki kursi di Peten Ina. Orang bilang, DPRD model ini adalah
DPRD yang hanya menghabiskan anggaran negara. Datang, duduk, dengar, dapat doi
atau bahkan nyenyak di kursi adalah DPRD yang merugikan negara, merugikan
masyaraklat Lembata. Sebab, ia secara cuma-cuma mendapatkan doi dari negara
untuk kesejahteraan diri tanpa perlu mencangkul tanah atau membersihkan selokan
di pingiran jalan. Nah, pembaca harus bisa kritis melihat tingkah laku DPRD
model ini ya.
Kedua, Malas Berdiskusi
Ada
salah satu anggota DPRD yang pernah turun ke sebuah kampung udik di Kecamatan
Lebatukan. Ketika duduk bersama beberapa warga kecil, ia tampak berapi-api
bicara tentang kerajaan Allah di dunia. Namun, saat beberapa mahasiswa datang
dan duduk dengannya, ia langsung pamit pulang saat diajak berdiskusi.
Bukankah
DPRD punya tugas itu untuk omong –sampai omong kosong? DPRD yang tak mau
berdiskusi bisa jadi ia memiliki kelemahan tertentu yang tak mau diketahui
publik. Padahal, untuk duduk di Peten Ina, seseorang harus punya kompetensi
memadai, salah satunya bisa berbicara yang baik dan runut, bukan hobi baku
sindir dan menyerang pribadi lewat status facebook.
Ketiga, Politik Uang
Aii, lemah le, DPRD kalau menang karena bayar orang punya suara. Politik uang ini menjadi salah satu masalah demokrasi tetapi juga menjadi jalan pintas dan mulus untuk bisa masuk Peten Ina. Ia punya uang banyak, maka bisa ia pakai untuk bayar orang punya suara, misalnya satu Kepala Keluarga dapat 100.000; lumayan bisa beli arak dua botol to? DPRD model ini dijamin tidak serius bekerja untuk kepentingan banyak orang. Yang ada di dia punya muka tu hanya uang, maka hati-hati kenal orang model ini. Dia anggap manusia sama dengan barang jualan, maka jangan pilih lagi e, kalau kita mau DPRD kita punya kualitas.
Keempat, Tidak Konsisten
Ada DPRD yang menjelang Pemilu baru dia mulai kasih viral diri di media. Dia mulai omong ini-itu, mulai gosip yang bisa membuat masyarakat penasaran. Namun, setelah itu, dia menghilang entah kemana. Trik ini biasa dilakukan untuk mencari popularitas diri. Dia tidak punya konsistensi; hanya sekadar buang umpan habis lari ke kamar tidur. Ada DPRD Lembata yang hobi seperti ini, buang umpan, lalu tidak tanggung jawab.
Kelima, DPRD yang Dukung Mafia
Yang
terakhir ini lebih parah. DPRD dukung kejahatan, misalnya mafia. Dia bermain
bisnis dengan mafia yang punya energi kapitalis. Mereka bekerja sama untuk
menang dan dapat banyak uang yang kemudian dibagikan sama rata di antara
mereka. DPRD model ini tidak suka melihat Lembata maju, dia tidak suka lihat
orang membangun Lembata dari hati.
Maka
dari itu, sekarang tugas kita adalah melihat pergerakaan mereka baik-baik. DPRD
yang tidak suka melihat masyarakat Lembata bergembira, bisa jadi dia adalah
DPRD yang mendukung mafia. Maka, berhati-hatilah terhadap oreang seperti itu ya.
Kita mau supaya Lembata maju to?
Nah,
kalau begitu, tetap kritis, jangan pilih DPRD karena dia kasih kita minum arak
atau karena kita satu suku, jangan. Mari kita menilai kinerja mereka,
konsistensi mereka dan melihat pula keberpihakan mereka. Kemana arah nurani
mereka? Ke masyarakat atau ke kapitalis/mafia? (RO)