Puisi: Tiga Ratus Tiga Puluh
Antologi Puisi Maria Dolorosa Bahy |
Tujuh ratus tiga puluh malam
Tanpa pemilik istana
Hitamnya mawar masih menghias istana tanpa tuan
Masih terngiang kelamnya malam itu
Sebercak darah masih menempel di jemari kaki
Saat kubuka tirai putih tapi hitam
Bertanda kaki berjalan bersama darah tuan
Masih ada malam
Malam tanpa tuan
Seperti tangisan bayi kehilangan ibunya
Tujuh ratus tiga puluh malam dan masih ada malam
"Iklaslah, tuan kan disucikan dan dimuliakan"
Pesan tuan ketika malam tiba
Bersuara tanpa raga
Lelah hati menjawab malam tanpa raga tuan
Lelah hati menjawab 1001 tanya;
Kembalikah tuan malam ini?
Bersabarlah nak, engkau akan tahu saat tibanya pagi
Tak akan pernah hilang sebercak darah malam itu
Walau embun pagi trus membasahi***
Perempuan Bakau
Akarku mengokohkan daging ibu Bumi
Akarku berteman tulang ibu Bumi
Akarku bersahabat daging ibu Bumi
Ketika perut ibu Bumi sakit
Poriku menahan amukan darah ibu Bumi
Lambaian dedaunanku berirama syair ombak
Naluri berkata, tak ingin ada badai
Memisahkan cinta kita
Namun aku tlah luka di atas luka
Oleh jemari yang kucintai
Mengusik ranting rantingku
Aku terluka oleh cintaku
Aku mencintai lukaku
Aku Rhizophora
Menyolok akarku tunjang nan besar
pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing,
buahku berkecambah
berakar ketika masih ditopang kakiku
Aku api api putih
Akarku serupa bagai paku panjang
Putih daunku, kelenjar garam
Buah bulir bagai buah mangga
Buahku pada ranting ranting
tumbuh ketika aku jatuh
oleh waktu dan hembusan angin
Tumbuh pada daging-daging ibu bumi
Aku putu selalu hijau
Pepagan abu abu coklat
Pangkal batang dengan banir dan akar lutut
Daun daun dalam kelopak di ujung ranting
Bunga soliter di ketiak daun
Aku hidup dalam teriknya matahari
Hujan badai petir
Aku masih kokoh bersama kakiku
bertahan dalam hangatnya cinta ibu bumi
Surat Cinta untuk Tunas Bangsa
Sejarah merajut peristiwa semangat sumpah pemuda
Mengikrarkan persatuan dan kesatuan cermin rasa cinta
Semangat sumpah pemuda
Membangkitkan jiwa dan sikap nasionalisme Mengusir, menentang, melawan para penjajah
Membuat kokoh persatuan dan kesatuan pertiwi
Hai para tunas bangsa
Kaka nona..., kaka nyong.. Ina...ama...
Ino...amo...
Du’a...moat...
Enu... kraeng..
Cintailah keragaman
Bangkitlah...
pupuk nilai luhur, nasionalisme,
cinta tanah air, persatuan, kebersamaan,
dan persaudaraan.
Bangkitlah ...
Bergandengan tangan Berdolo bersama
Dengan irama tatong nan merdu Hegong berirama gong waning
Tuk menjemput,
Merajut mimpi- mimpi indah
Bukan ilusi yang tenggelam ke dasar delusi cinta.
Bangkitlah, merdeka... tapi ngat...
Merdeka yang berbudaya dalam satu wadah
Jangan melupakan Sidik jarimu.***