Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Cerita Rakyat Kedang Lembata: Legenda Bota Ili dan Wata Rian

Ilustrasi: Pixabay.com

RAKATNTT.COM – Alkisah, di wilayah pesisir utara Kedang, Pulau Lembata hiduplah salah seorang nelayan tangguh yang bernama Wata Rian. Setiap hari, pekerjaannya yakni mencari ikan (bele pue’ sara awa’). Bahkan dikisahkan oleh bapak Tajudin Tatu’ bahwa Wata Rian ini pergi mencari ikan sampai ke tempat yan jauh, bukan hanya di seputaran perairan Lembata.

Suatu hari, Wata Rian melihat ada nyala api di puncak gunung Uyelewun. Dari tanda tersebut, Wata Rian yakin bahwa pasti ada seorang manusia yang hidup di puncak gunung, di tengah hutan belantara itu. Ia kemudian berniat untuk mencari tahu identitas  manusia di puncak gunung tersebut. Pada akhirnya ia pun mendaki ke puncak gunung, mendekati sumber api tersebut.

Ia membawa makanan dari hasil laut yakni ikan, juga membawa dengan tuak sebagai minuman. Sesampainya di puncak gunung, ia tidak mendapati seseorang pun. Rupanya orang yang kemudian dikenal dengan nama Bota Ili tersebut sedang pergi mencari makanan di hutan.

Wata Rian pun mencari akal untuk bersembunyi di sekitar tempat tersebut. Tak berapa lama kemudian, datanglah Bota Ili. Ia membawa hasil buruannya berupa tokek, ular, cicak dan lain-lain. Tubuhnya penuh dengan buluh yang tajam. Bota Ili merasa ada yang tidak beres. Sepertinya ada orang lain yang sudah mengetahui tempat tinggalnya. Akhirnya, ia naik dan bersembunyi di atas pohon.

Namun, Wata Rian sudah mengetahuinya, maka ia pun memanggil Bota Ili agar segera turun dari tempat persembuyiannya sambil memberi ancaman; jika Bota tidak turun, ia akan melepaskan dua anjingnya yang ganas bertaring tajam untuk menjemput Bota Ili.

Akhirnya, Bota Ili pun menyerah dan turun dari atas pohon. Keduanya pun bersalaman dan saling mengenal. Selain itu, keduanya pun santap bersama, sampai pada akhirnya Bota Ili pun tak sadarkan diri karena mabuk oleh nikmatnya tuak yang disiapkan oleh Wata Rian.

Tepat pada saat itulah, Wata Rian mencukur bulu badan Bota Ili yang kasar dan tajam; tersisa rambut, bulu ketiak, dan di sekitar kemaluan.

Pada saat Bota Ili sadarkan diri, ia pun melihat tampilan tubuhnya berubah. Ia mulai merasa malu di hadapan Wata Rian. Wata Rian pun memberikan sehelai kain untuk membaluti tubuh Bota Ili. Pada akhirnya keduanya pun menikah. Menurut Tajudin Tatu’, salah seorang tetua dari Atarodang bahwa Bota Ili juga dikenal dengan sebutan Bota Lewun.