Kebingungan-Kebingungan setelah Wisuda Sarjana
RAKATNTT.COM – Salah satu kebanggaan para mahasiswa/i terlihat sangat nampak tatkala kepala mereka dihiasi toga wisuda. Momen wisuda selalu menghadirkan nuansa berbeda. Para mahasiswa/i bersama sanak keluarga mengabadikan momen langka ini dengan foto bersama, dilanjutkan dengan tradisi kebersamaan lainnya, misalnya makan bersama diiringi musik remix maumere timur atau eman djolong. Mabuk-mabukkan pun tak jarang memberi warna negatif pada momen ini.
Terlepas dari situasi
bahagia dengan aneka ekspresi yang ditampilkan sebagaimana digambarkan secara
singkat di atas, para yubilaris yang memakai toga kebesaran pun akan diselimuti
berbagai pertanyaan yang akan menyusul hari bahagia tersebut. Misalnya, saya
mau kerja apa; bagaimana saya bisa membayar jasa orangtua dan lain-lain.
Mimpi untuk meraih
cita-cita sejati tentu tidak sebatas memakai toga dan selesai. Sebab di luar
kampus adalah lapangan baru bagi para wisudawan untuk berkelana mencari
pekerjaan. Mereka mulai melamar pada berbagai instansi pemerintahan atau swasta,
mulai melakukan pendekatan alias lobi dengan orang dalam dan masih banyak lagi
kerja keras untuk menggapai cita-cita.
Nah, tepat di sini,
seringkali para wisudawan merasa putus harapan ketika tidak ada “orang dalam”
yang menjawab kerinduan mereka. Para sarjana muda mulai terombang-ambing dan
bingung dengan kondisi ketika miskin lapangan pekerjaan. Tak jarang para
wisudawan pun hidup stagnan, tidak kreatif dan hanya berpotensi membuat story
WhatsApp atau status facebook.
Realitas seperti ini
mestinya memberi kesadaran bagi para sarjana muda untuk mengubah pola berpikir lama bahwa menjadi sarjana bukan berarti mereka akan langsung menjadi PNS, guru,
pegawai dan lain-lain. Mesti ada cara berpikir kreatif lainnya, misalnya mulai
membuka usaha kecil-kecilan di kampung atau kreativitas lainnya untuk mendukung
potensi diri dan ilmu mereka di luar kampus. Cara berpikir seperti inilah yang mesti dibangun. (Admin)