Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Ende, Pancasila, Soekarno dan Misionaris SVD

Sejarah mencatat bahwa kelahiran Pancasila tidak terlepas dari hasil refleksi Soekarno tatkala berada di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (1934-1938). Dengan demikian, tidak bisa dibantah bahwa Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu rahim subur bagi dasar negara Republik Indonesia.

Selain Soekarno, ada juga M.Yamin dan Soepomo dan tentu saja para bapa bangsa lainnya yang berjuang untuk menggali nilai-nilai universal yang terkandung dalam budaya lokal masing-masing suku bangsa di Indonesia. Hasilnya kemudian disatukan dalam nama Pancasila sebagai filsafat negara.

Namun, tahukah Anda, salah satu sumber inspirasi kelahiran Pancasila datang dari pergumulan Soekarno dengan para Misionaris Katolik dari Serikat Sabda Allah? Jika Anda belum mendengar cerita tentang itu, berikut kisah singkatnya.

Kelahiran Pancasila tidak pernah terlepas dari keberadaan Soekarno di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Hal ini mau menegaskan bahwa Pancasila bukan hanya bersumber di satu daerah – misalnya di Jawa – melainkan meliputi juga daerah lain termasuk NTT yang di dalamnya terdapat pula banyak suku bangsa.

Baca Juga Pancasila dalam Budaya Kedang

Menurut referensi dari berbagai literatur yang secara singkat ditulis lagi oleh Eduardus Dosi, keakraban Soekarno dengan para misionaris Belanda terjalin sejak pembuangannya di Ende. Para misionaris itu misalnya, P. Heuting, SVD, P. Bouma, SVD, Br. Lambert, SVD dan Br. Cherubim, SVD.


Salah satu topik pembicaraan mereka ialah mendirikan negara Indonesia merdeka sebagaimana yang direncanakan oleh Soekarno. Berkat keakraban ini pula, ide-ide brilian tentang dasar negara Indonesia mulai direfleksikan. Juga diskusi tentang pluralisme, khususnya agama, mulai dibangun di antara mereka.


Soekarno juga diberi peluang emas untuk berkunjung ke perpustakaan pribadi milik P. Heuting, SVD untuk menambah wawasannya tentang negara. Dari pengalaman tersebut, dapat disepakati bahwa, Pancasila merupakan kesimpulan dari semua unsur yang ada, hidup dan berkembang di Indonesia.

Sumber: Eduardus Dosi, “Sumbangan SVD bagi Bung Karno dan Pancasila” dalam  Eduardus Dosi (ed.), Seratus Tahun Societas Verbi Divini (SVD); Yang Diingat, Dialami, Diamati (Maumere: Penerbit Ledalero, 2013), hlm. 169-172.

(Iriyanto Widisuseno, dkk., Buku Ajar, Pendidikan Pancasila (Semarang: BP UNDIP, 2007), hlm. 6)