Air Pendukung Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Bagian 1)
Air Pendukung Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Saya,
Vinsensius lahir dari keluarga petani di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata
Provinsi NTT. Sejak kecil saya telah merasakan bagaimana sulitnya hidup dengan
keterbatasan air. Dari sini, saya bertekad mengatasi situasi ini dengan belajar
dan terus belajar.
Vinsensius Kou Bakal Calon Kades Kolontobo periode 2021/2026 |
Air
merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia. Tubuh manusia yang
60-70 persennya terdiri atas cairan, membutuhkan air bersih untuk proses
metabolisme. Selain itu, manusia juga membutuhkan air bersih untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, seperti memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain. Solusi
untuk mengatasi air, salah satunyan adalah dengan menguasai teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan proses pembaharuan dan perubahan cara pikir, pola kerja, serta kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan semua persoalan tentang kebutuhan hidup dan meningkatkan perekonomian.
Hal ini yang
membuat semua orang berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing
di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan untuk bisa digunakan dalam pemanfaatan
peningkatan ekonomi yang lebih cepat dan tepat sasaran. Perkembangan IPTEK
(ilmu pengetahuan dan teknologi) ini perlu didukung oleh berbagai persoalan
dasar yang harus kita penuhi terlebih dahulu sebelum teknologi baru yang akan
dikembangkan.
Wilayah
NTT memiliki musim kemarau yang panjang ketimbang musim hujan yang hanya kurang
lebih 3 bulan. Hal ini membuat setiap tahun terjadi krisis air bersih. Adapun
beberapa persoalan di NTT secara garis besar dapat saya gambarkan sebagai
berikut:
1. Persoalan pendidikan
Anak-anak usia sekolah akan menjadi sangat lamban dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan terlambat masuk sekolah. Karena di sisi lain mereka harus bangun pagi untuk pergi mengambil air hanya untuk kebutuhan mandi ke sekolah, mereka harus membutukan waktu yang lama dan pergi berkilo-kilometer untuk mendapatkan sumber air.
Sedangkan hari ini, anak-anak di daerah lain sudah bangun pagi dan
berpikir tentang apa yang belum mereka kerjakan dari tugas-tugas sekolah mereka
dan hal baru apa yang harus mereka lakukan dalam mengembangkan kemampuan mereka
untuk bisa berdaya saing dalam dunia pendidikan dan kemajuan teknologi. Kita
berbeda dari mereka karena anak-anak kita masih berpikir bagaimana mendapatkan
air bersih untuk mandi kesekolah.
2. Persoalan pertanian
Komoditi
dan hasil pertanian merupakan kebutuhan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan
berkualitas dan memadai. Namun ada hal mendasar yang menjadi persoalan para
petani adalah air untuk kebutuhan irigasi pertanian.
Untuk
pertanian, para petani sudah mulai berbicara tentang teknologi apa yang
digunakan dan seberapa besar hasil pertanian yang dapat memenuhi kebutuhan
pasar. Namun persoalan ini bukan menjadi persoalan yang sangat muda karena para
petani belum memiliki sumber air untuk kebutuhan irigasi pertanian, sedangkan
sumber air dalam tanah, sumber air permukaan, air hujan, yang dapat tersedia
untuk kebutuhan irigasi pertanian masih
sangat sedikit.
Ada
sumber-sumber air tetapi jauh dari lahan pertanian. Hal ini yang membuat para
petani kita bergerak lebih lamban dibandingkan dengan para petani di daerah
lain yang sudah berpikir tentang teknologi apa yang merekan gunakan untuk
meningkatkan hasil produksi. Sedangkan petani kita masih berpikir bagaimana
cara mendapat air untuk irigasi pertanian.
3. Persoalan kesehatan
Bencana
covid-19 menjadi bencana besar yang sedang terjadi sekarang di dunia. Sejak
covid-19 ditetapkan menjadi bencana nasional, semua elemen, pemerintah,
relawan, tenaga kesehatan, tokoh-tokoh agama serta dunia melalui WHO menegaskan
dan mengkampayekan pola hidup sehat, mencuci tangan dengan sabun pada air
mengalir, mengunakan masker, menjaga jarak, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Hal ini akan menjadi masalah baru jika di desa-desa ketersedian air bersih belum memadai serta beberapa fasilitas umum juga kekurangan air bersih, karena air bersih menjadi kebutuhan dasar untuk pola hidup bersih dan sehat. Krisis air bersih ini juga mengancam kesehatan masyarakat. Menurut penelitian WHO, krisis air menimbulkan penyakit antara lain kolera, hepatitis, polymearitis, tipus, disentrin trachoma, scabies, malaria, yellow fever, dan penyakit cacingan. Di Indonesia penyakit yang sering muncul saat terjadi krisis air bersih diantaranya adalah diare, tipus, polio, dan cacingan.
Dari
ketiga persoalan di atas dapat kita lihat bersama bahwa air merupakan kebutuhan
dasar yang sangat penting untuk dapat kita penuhi terlebih dahulu. Untuk
menjawabi kebutuhan air, maka perlu adanya pemanfaatan teknologi terbaharukan
untuk mengelolah beberapa sumber air dalam tanah dan di permukaan dataran
rendah serta menerapkan pola sadar TAMPAN (tanam air dan panen air). Tanam air
dan panen air menawarkan minimal tiga hal yang harus kita lakukan sebagai
berikut:
1.
Menanam pepohonan yang bisa menyerap dan membendung air hujan di sekitar area
mata air;
2.
Membuat resapan air di setiap titik sumber air atau mata air;
3.
Kurangi membakar hutan dan pengolahan lahan
pertanian dengan membakar dan meningkatkan pola lahan terasering.
Hal
ini perlu kita lakukan untuk tidak membiarkan air hujan mengalir sampai ke laut
dikarenakan air laut tidak membutuhkan air hujan sedangkan yang membutuhkan air
hujan adalah makluk hidup yang ada di daratan.
Selain
lingkungan, hal penting yang perlu diperhatikan adalah teknologi. Teknologi
yang digunakan untuk dapat mengelolah sumber air untuk dapat menjangkau pemukiman masyarakat
dan lahan pertanian. Adapun teknologi saat ini yang bisa dapat digunakan untuk
dapat mendekatkan air besih dan air untuk kebutuhan irigasi pertanian adalah
teknologi tenaga surya dan hidram.
Kedua
teknologi dapat menyediakan daya tenaga listrik yang mampu mendorong air dari
dalam tanah dan permukaan tanah yang rendah dan jauh dari pemukiman masyarakat
serta lahan pertanian.
Pengelaman
saya di bidang elektronika dasar sebelum
saya mengambil studi pendidikan matematika, juga dengan pelatihan melalui media
online bersama dengan Institute For Essential Serlice Reform (IESR) tentang
transmisi dan teknologi terbaharukan
serta belajar melalui media online (geogle dan Yuotube).
Dengan
demikian saya mampu menggunakan teknologi solar panel sebagai solusi listrik pengerak pompa air untuk
pendistribusian air tanah dan air baku ke pemukiman warga dan irigasi pertanian
(konsultan teknis Gasrem Surya Perdana) di beberapa desa tersebut di bawah ini.
1.
Desa Soba, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang (air bersih);
2.
Desa Oben, Kecamatan Nekamesa (air bersih dan irigasi pertanian);
3.
Lahan pertania Kodi, Sumba Barat Daya (Irigasi Pertanian);
4.
Lahan peternakan di Watuapi, Kabupaten Nagakeo (sumber air untuk ternak);
5.
Lampu Jalan di Desa Seki, Kabupaten Kupang dengan listrik tenaga surya.
Kegiatan
di beberapa tempat yang sudah saya lakukan ini membuat saya terus tertantang
dan memacu saya untuk terus belajar. Pada titik ini saya menyadari bahwa
Persoalan pendidikan, pertanian, dan kesehatan yang baik dan memadai akan
sangat mendukung peningkatan ekonomi masyarakat.
Tekad
saya mengambil studi lanjut adalah untuk kembali mengabdi di NTT-Indonesia khususnya tanah kelahiran saya
Lembata Nusa Tenggara Timur. Hal-hal yang akan saya lakukan adalah:
1.
Membentuk komunitas Penangkap Air
Masyarakat
selama ini memiliki pola pikir yang terbatas dan sering pasrah pada alam. Saya
akan berupaya membentuk komunitas penangkap air, yang bertugas mengedukasi dan
mengajak masyarakat melakukan kerja nyata menangkap air hujan dan memelihara
sumber-sumber mata air yang ada.
2.
Kolaborasi Pemerintah dan Sektor lainnya
Bekal
teknologi yang saya peroleh dari studi saya menjadi dasar melakukan berbagai
inovasi di bidang pengairan. Kolaborasi dengan pemerintah dan swasta menjadi
kunci suksesnya kerja nyata ini. Semua pihak wajib bahu membahu, menemukan
solusi mengatasi persoalan yang sudah sangat lama ini.
3.
Bersama Masyarakat Membangun perekonomian.
Apabila
teknologi di bidang pengairan telah terlaksana, maka langkah berikutnya adalah
bagaimana memacu masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya. Usaha pertanian
dengan teknologi terkini sangat diperlukan agar masyarakat NTT dan Lembata
khususnya dapat menanam dan memanen di musim kemarau. Hal sederhana yang dilakukan
adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi sayuran dan lauk-pauk di desa.
Pembangunan
desa membutuhkan campur tangan semua pihak termaksud sumbangan pemikiran dari
para intelektual untuk melakukan kajian potensi desa. Sebelum merencanakan
pembangunan desa perlu adanya dokumen kajian pontensi desa. Dengan demikian
kita bisa melihat pontensi-potensi apa saja yang bisa mendukung pendapatan desa
dan kerentan-kerentan apa saja yang perlu harus kita tingkatkan kapasitas
tangguhan desa.
Adapun
pemikiran dasar konsep ini yang dapat saya jelaskan sebagai berikut:
Setiap
rumah tangga sudah harus memiliki kebutuhan air yang sangat cukup di desa,
dengan demikian setiap rumah tangga wajib menanam sayuran yang dapat
dikonsumsi sehari-hari. Hal ini akan
mengurangi pengeluran hanya untuk sekadar membeli sayuran dan keuangan bisa
dapat dipakai untuk kebutuhan lain.
Jika
semua rumah tangga di desa berhasil
menanam sayuran maka ada peluang kelebihan produksi sayuran di desa tersebut.
Dengan demikian, ada peluang untuk
masyarakat desa tersebut menjual sayuran dari pekarangan rumah mereka kepada
desa tetangga. Pertanyaannya bagaimana dengan desa lainnya? Apakah melakukan
hal yang sama dengan menanam sayuran?
Jawabannya
terletak pada kajian potensi desa. Apabila ada Desa yang punya sumber air cukup
dapat digunakan untuk mengembangan ternak ikan. Apabila ada penduduk yang
mengembangkan potensi ini maka telah terpenuhi kebutuhan lauk pauk sehari-hari.
Dengan demikian akan ada peluang yang sama dengan desa yang menanam sayuran.
Semua solusi di atas memerlukan penanganan secara terstruktur dan massif. Salah satu yang perlu dipersiapkan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menguasai teknologi khususnya terkait air bersih dan manajemen tata kelolah desa serta pemberdayaan masyarakat. Oleh sebab itu, saya memilih untuk mempersiapkan diri melanjutkan Pendidikan dan studi-studi pengelolan air tanah dan air baku. Bekal yang saya peroleh ini kelak akan saya terapkan dilapangan.
Demikian
tulisan singkat bagian pertama yang dapat penulis sampaikan, harapan saya
sebagai penulis memohon dukungan serta kerja sama dari semua pihak untuk
meningkatkan kemampuan saya sebagai dasar untuk mengembangkan teknologi
pengolahan air tanah dan air baku (Bagian
1).