Sonde Malu ko, Baru Habis Seroja Kalian Baku Serang Lagi
Nusa Tenggara Timur belum selesai meneteskan air mata. NTT masih berduka karena bencana. Banjir, tanah longsor bahkan badai seroja yang barusan pergi telah meninggalkan luka bagi warga NTT. Namun, apalah daya, kini kita berduka lagi karena ulah sekelompok oknum. Duka itu tambah panjang.
Bayangkan saja, ketika kita, warga NTT dilanda bencana alam, banyak sekali para donatur, sukarelawan kemanusiaan datang dari berbagai sudut mata angin untuk membantu kita. Mereka turut bersedih bersama kita, menangis bersama kita, karena mereka mencintai kita. Lantas, apakah kita sebagai sesama warga NTT, khususnya yang menetap di Ibu Kota Provinsi, Kupang manise juga saling mencintai di tengah bencana ini?
Belum
lama kita dilanda bencana alam, kini, kita dilanda lagi oleh tingkah laku
segelintir oknum. Mereka baku serang, baku marah bahkan baku bunuh hanya karena
dugaan mencuri ayam dan perdebatan soal sampah.
Wah,
masalah sekecil itu, kok bisa mengorbankan nyawa manusia? Padahal kita orang
NTT dikenal sebagai orang yang sangat toleran. Toleransi itu bukan hanya
berkitan dengan perbedaan agama saudara-saudariku. Toleransi juga berarti, kita
saling menjaga, saling memahami bukan sebaliknya baku serang.
Malu
ko sonde, banyak donatur dan sukarelawan datang jauh-jauh ke NTT untuk membantu
kita, tapi kini, kita ciptakan masalah baru. Kita baku serang, baku pukul dan
seterusnya. Ah, miris, bencana alam belum usai kita atasi, kini kita ciptakan
masalah baru.
Mestinya, di tengah bencara ini, kita sebagai warga NTT saling memberi motivasi, menjaga nyawa sesama saudara kita bukan sebaliknya bertengkar sampai bersimbah darah. Marilah, kita berefleksi lebih serius untuk keharmonisan kita sebagai warga NTT. Salam