Abdi Allah, Yesus Tuhan Menderita Sengsara dan Mati Ganti Kita
Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero – PPKKS (Pusat Pelayanan Kerasulan Kitab suci) Provinsi SVD Ende; SANTAPAN SABDA HARI JUMAT AGUNG 2021; P. Simeon Bera Muda, SVD; Tema: Abdi Allah, Yesus Tuhan Menderita Sengsara dan Mati Ganti Kita
Kata ‘sengsara’
berasal dari kata bahasa Sanskerta. Kata ‘mati’ dalam bahasa Ibrani ditulis
hanya dengan konsonan ‘mt’ maka bisa dibaca ‘maut’ atau ‘mati’.
Umat Allah dalam
Kristus. Dengan berbuat dosa, kita manusia membuat Allah menderita sengsara.
Nabi Yesaya menyebut seorang Abdi Allah yang menderita sengsara dan mati
karena mengambil dan menanggung dosa kita manusia yang seharusnya mati karena
dosa-dosa kita itu. Abdi Allah mati supaya kita manusia hidup.
Pemazmur
menyebut bahwa Abdi Allah itu menderita sengsara yang paling hebat
sehingga menjadi seperti orang mati, namun tetap percaya dan mengaku:
“Engkaulah Allahku. Aku ini Abdi-Mu, yang bersedia menderita sengsara dan
mati”.
Setiap tahun
pada hari Minggu Palem dibacakan kisah sengsara menurut ketiga injil Matius,
Markus dan Lukas. Setiap hari Jumat Agung dibacakan kisah sengsara dan kematian
Yesus menurut injil Yohanes.
Tidak seperti
ketiga penginjil lain yang menceriterakan Yesus menetapkan Ekaristi, dalam
Injil Yohanes diceriterakan ‘doa imam agung’ untuk kesatuan. Lalu Yesus pergi
ke sebuah taman dan tanpa sakrat maut seperti dalam ketiga injil yang lain.
Juga Yesus tidak
langsung ditangkap seperti pada ketiga injil lain. Lebih dahulu ada tanya jawab
sampai Yesus seperti Allah dalam PL memperkenalkan Diri: “Akulah Dia”. Barulah
Yesus mengijinkan Diri ditangkap.
Di dalam injil
Yohanes, waktu Yesus menjawab kepada imam agung bahwa Yesus mengajar terus
terang kepada orang banyak maka imam besar jangan tanya pada Yesus melainkan
kepada orang banyak, seorang penjaga menganggap jawaban Yesus tidak sopan lalu
menampar Yesus. Dan Yesus katakan bahwa kalau salah maka harus dibuktikan.
Seperti ketiga
penginjil lain, Yesus disangkal tiga kali oleh Petrus. Waktu menghadap Pilatus,
Yesus menegaskan bahwa Diri-Nya raja bukan dari dunia ini dan menjelaskan
kebenaran yang tidak dimengerti Pilatus. Selanjutnya Pilatus membuktikan bahwa
Yesus tidak bersalah tetapi menjatuhi hukuman mati kepada Yesus atas desakan
orang banyak yang meminta Barabas dibebaskan. Imam-imam kepala menolak Yesus
karena menerima kaisar.
Di jalan ke
Golgota, di dalam injil Yohanes, Simon tidak membantu Yesus. Dan pertemuan
dengan perempuan yang meratapi Yesus hanya dalam Lukas. Di dalam injil Yohanes,
imam-imam kepala tidak setuju kalau Pilatus menulis: Raja orang Yahudi dalam
bahasa Ibrani, Latin dan Yunani tetapi Pilatus menegaskan: “Apa yang kutulis,
tetap tertulis”.
Karena di dalam
injil Yohanes Yesus ditinggikan dan dimuliakan maka di bawah salib tidak
disebut olok-olokan bahkan kedua penyamun yang disalibkan bersama Yesus tidak menghujat
Yesus padahalnya dalam Matius-Markus keduanya, dalam injil Lukas satu orang menghujat.
Pakaian Yesus
dibagi dan jubah diundi hanya dalam Yohanes. Juga hanya dalam Yohanes, Yesus
menyerahkan Ibu-Nya kepada murid yang dikasihi dan murid itu kepada ibu-Nya
tanpa menyebut nama keduanya.
Yesus juga tidak
berteriak: Allah-Ku, ya Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Daku?” melainkan:
Aku haus; dan akhirnya: “Sudah selesai”. Semua terjadi dengan sangat mulia.
Kaki Yesus tidak dipatahkan melainkan lambung Yesus ditikam lalu keluar darah
dan air.
Keempat
penginjil menyebut Yesus dikuburkan oleh Yosef dari Arimatea sedangkan Yohanes
sebut juga bersama Nikodemus yang adalah seorang Farisi dan pemimpin agama
Yahudi yang di awal injil Yohanes bertemu Yesus lalu menjadi murid itu turut menguburkan Yesus.
Surat Ibrani
melihat bahwa Yesus sebagai manusia taat menderita sampai mencapai kesempurnaan
maka Yesus menjadi Imam Agung yang menjadi pokok keselamatan bagi semua orang,
Yesus adalah Abdi Yahwe yang menebus semua orang.
Umat Allah dalam
Kristus. Santapan Sabda Allah hari Jumat Agung untuk kita adalah: Yesus Abdi
Allah menderita dalam ketaatan tetapi dalam kemuliaan dan menjadi pokok
keselamatan untuk kita.
Yesus mengambil
semua dosa dan penderitaan kita pada Diri Yesus lalu taat menderita sampai mati
untuk kita bahkan ganti kita yang harus mati karena dosa kita. Hari Jumat Agung
adalah hari kita membuat Allah, Yesus dan saudara-saudari kita menderita.
Hari Jumat Agung
merupakan waktu kita memikul dan meringankan penderitaan diri, keluarga, sesama
dan semua saudara-saudari kita. Hari
Jumat Agung adalah satu-satunya hari kita tidak merayakan Ekaristi karena Yesus
mati di salib. Kita menerima Santapan Tubuh-Darah Yesus dari Yesus yang
serahkan diri pada hari Kamis malam.
Semoga dengan
Santapan Sabda dan Tubuh-Darah Yesus,
kita terus beralih dari Jumat Agung ke Paskah yaitu kebangkitan, pembebasan
dari penderitaan, juga dari membuat sesama menderita ke membawa keselamatan.