Cerpen: Cinta Retak di Pasar Boru
Konon, Anton adalah seorang Frater yang dididik dalam sebuah biara religius milik Gereja Katolik di Keuskupan Maumere. Ia dipandang sebagai seorang Frater yang sopan dan tidak nakal. Maria adalah seorang Mahasiswi PGSD di Universitas Nusa Nipa Maumere.
Keduanya bertemu di Pasar tingkat Maumere, 25 Agustus 2017. Disaksikan oleh beraneka jenis pakaian rombengan dengan warna berbeda-beda, juga ada banyak Inang dan Mo’at lalung lalang di seputar lokasi pasar. Bola mata Anton dan Maria bertemu. Sekejap itu pula hati Anton bergetar tanda cinta mulai mekar. Maria pun tersenyum malu. “Halo ade, nama siapa dan asal darimana?,” tanya Anton mesra. “Saya Maria, dari Nobo, Flores Timur,” Maria menjawab pasti.
Hujan pun mulai gerimis, keduanya sepakat untuk mencari tempat teduh di sebuah gubuk tempat pakaian rombengan ditawar kepada orang-orang Maumere.
Angin mulai berhembus dan dingin pun mulai terasa. Anton membuka jaket hitamnya dan membalutkan pada tubuh Maria yang kedinginan. Mungkin cinta tak selamanya disampaikan lewat kata-kata, cukup gunakan simbol. Dan itu strategi gampang yang didesain oleh Anton untuk memikat hati Maria; perempuan hitam manis berlesung pipi yang kadang-kadang suka cengeng dan marah meledak-ledak seperti semburan abu panas ile lewotolok.
Namun, karena cinta, amarah seperti apa pun akan dingin seketika. Terlebih jika Anton mengecup mesra kening Maria.
Dari situ, Maria mulai sadar bahwa Anton mulai melakukan pendekkatan secara perlahan. Maria sendiri sejak pertemuan itu merasa nyaman dengan kehadiran Anton. Cintapun mulai mekar. Dengan ragu-ragu karena malu cinta ditolak, Anton mengungkapkan isi hatinya. “Maria saya suka engko; bisa kah, saya sayang engko?” Dengan senyum bibir merah delima, Maria menjawab, “Tata, saya juga sayang engko. Saya mau tata jadi pendamping saya punya hidup.” Cinta mereka resmi. Nomor telepon dan WhatsApp juga alamat Facebook keduanya sudah tercatat dalam ingatan masing-masing. ‘Kan tiba waktunya mereka saling kontak lewat benda serba cepat itu termasuk bertanya soal lauk di siang hari. Anton kembali ke Biara, Maria kembali ke kos di sekitar Iligetang. Cinta mereka berlangsung selama tiga tahun di tanah Sikka.
***
Pada suatu hari minggu, Maria dan beberapa teman dekatnya mengunjungi Anton di Biara. Mereka saling tertawa ria sampai-sampai Maria mengatakan di hadapan teman-temannya kalau ia tak bisa lagi melepaskan Anton. Termasuk mengizinkannya untuk ditahbiskan menjadi seorang Imam.
Ya, cinta mereka dahsyat tak terkalahkan oleh orang
ketiga. Di hadapan teman-teman itu pula, Anton bersedia melepaskan jubahnya
dengan teratur jika memang ia dan Maria adalah jodoh yang ditakdirkan. Namun
demikian, Anton masih melanjutkan kuliahnya di STFK Ledalero dan Maria akan
pergi mengikuti KKN sebagai ibu guru di suatu tempat yang cukup jauh di timur
Maumere. Keduanya berjanji untuk tidak nakal di belakang-belakang. Jika jauh,
telepon dan Facebook atau whatsApp adalah jembatan kokoh untuk
rindu yang paling berat sekalipun. Usai perjumpaan itu, Maria melanjutkan KKN
di Ilinmedo.
Cinta mereka terus mekar usai Maria menyelesaikan KKN dan akan menyiapkan diri untuk mengikuti Wisuda Strata 1 PGSD di Universitas Nusa Nipa. Walaupun demikian, tantangan selalu datang menghantui perjalanan sepasang sayap kupu-kupu yang bertekad untuk terbang ke surga tersebut. Suatu kali, entah karena alasan apa, Maria membentak-bentak Anton di Maumere, menendang, memukul bahkan hampir meludahinya. Anton geram, dadanya panas, wajahnya ganas dan ingin melahap bulat Maria, seperti harimau di hadapan tubuh segar seorang wanita. Namun, tangannya tak sampai menyentuh pipi lesung milik Maria. Anton menangis tanpa suara, air matanya berlinang murni. Ia lari dan bersembunyi di dalam kamar rumah milik tanta Reta.
Barangkali benar, perempuan sering menyembuyikan sesuatu yang salah lewat tangisan tapi air mata seorang lelaki adalah kejujuran yang paling tulus. Anton merasa ada duri tajam di hatinya. Ia tak tahu kesalahan apa sampai-sampai ia ditendang oleh pacarnya sendiri.
Suasana nampak hening, tanta Reta dan beberapa anggota keluarga yang lain diam dan menyembunyikan senyum. Tak berapa lama berselang, Maria bangkit dari tempat duduk dan masuk ke kamar memeluk erat Anton. Keduanya berpelukan dan menangis bersama-sama. Anton pun mengecup kening Maria. Masalah selesai. Mereka mulai lagi dengan cinta yang lebih kokoh.
***
Setelah mengikuti wisuda di Universitas Nusa Nipa, Maria kembali ke Kampungnya di Nobo. Anton memberinya sehelai sarung adat bermotif Lembata kepada Maria sebagai tali yang tak akan putus. Sarung yang memberikan kenyamanan dan kepastian akan cinta sepasang sayap kupu-kupu. Dengan usaha kerasnya, Maria pun diterima untuk menjadi seorang guru. Di sebuah Sekolah Dasar di kampung Lewo Awang, di kaki ile Lewotobi. Cinta mereka tetap subur walaupun dibatasi jarak; Anton di Maumere, Maria di Lewo Awang. Pada mulanya, cinta mereka berjalan normal seperti ketika keduanya masih menetap di Maumere.
Namun, pada pertengahan bulan Oktober 2020, mulai muncul tanda-tanda miring tentang cinta mereka. Hal ini lebih parah lagi ketika hadir seorang pemuda ganteng dan baik hati dalam diri Maria. Ia adalah pak Roman juga adalah seorang guru bagi anak-anak yang haus akan ilmu pengetahuan. Kehadiran Roman tak pernah diketahui oleh Anton. Sebab ia tinggal jauh di Maumere sedangkan Maria dan Roman selalu bertemu. Entah di Pasar, di tempat pesta, di sekolah, maupun di dunia online. Hampir saban malam, Maria dan Roman saling tanya kabar lewat facebook tanpa mendapat restu dari Anton sebagai kekasih resminya. Mungkin karena Anton jauh atau karena wajah Anton yang ada di bawah standar membuat maria berbalik haluan cinta kepada Roman. Memang, Maria pernah menyinggung nama Roman kepada Anton tapi menurut Maria, Roman bukanlah siapa-siapa. Ternyata, itu hanyalah sebuah kepalsuan, kata bisa bohong apalagi lewat telepon tetapi hati tak bisa bohong.
Dengan berbagai cara, Roman dan Maria mencari peluang untuk bisa bertemu. “Malam ade, bisakah hari minggu besok kita pesiar ke pasar Boru atau ke batu roti?,” tanya Roman melalui pesan facebook. “Ayeee..oke tata kita. Jemput go di rumah Ya?,” jawab Maria. Roman yang barusan dikenal oleh Maria di sebuah tempat pesta telah membuat Maria melupakan Anton yang jauh di seberang sana. Maria merasa nyaman dengan Roman.
Besoknya, hari minggu. 29 November 2020. Roman menjemput Maria di rumahnya di Lewo Awang. Keduanya pergi ke pasar Boru tanpa sedikitpun diketahui oleh Anton maupun orang lain di sekitarnya. Tepat di pasar Boru, keduanya menemukan kecocokan hati. Anton yang jauh di Maumere, merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Maria. Anton pun menghubungi kekasihnya lewat telepon tapi berkali-kali dimatikan oleh Maria tanpa alasan jelas. Anton merasa makin aneh. Ia pun mengirim pesan lewat Facebook. Namun, apa yang terjadi? “Tolong jangan inbox Maria lagi,..oke?” Itulah isi pesan yang dibalas lewat Facebook milik Maria. Setelah dilacak, ternyata yang membalas inbox tersebut ialah Roman, seorang pemuda yang tiba-tiba hadir dalam diri Maria. Atas perintah Maria, Roman menegaskan kepada Anton supaya tidak mengganggu lagi Maria.
Sakitttttt, seperti ada duri, seperti ada paku di tenggorokkan, kepala pusing tujuh keliling. Anton marah; Anton sedih lalu menangis di dalam kamar. Jiwa laki-lakinya hilang. Ah, cinta memang ganas, ia mampu mengubah keperkasaan seorang lelaki bagai sebatang kayu yang tiba-tiba remuk dihantam topan. Topan kata-kata dari Roman atas petunjuk Maria.
Tepat pukul 19.00 WITA, Roman dan Maria tiba di Lewo Awang. Walaupun Roman belum mengungkapkan cinta kepada Maria tapi isi hati terdalam keduanya saling memahami. Mereka saling jatuh cinta. Roman kemudian mengirim pesan lagi kepada Anton supaya tidak mengganggu Maria. Ia bahkan menegasan bahwa Anton tidak punya hak melarang dirinya untuk mengajak Maria pergi kemana saja. “Kalau saya mau ajak Maria pesiar itu hak saya dan engko sakit maka?”. Itu isi pesan dari Roman kepada Anton. Lusanya, tepat hari selasa keduanya berjumpa lagi di Boru. Roman kemudian mengantar Maria pulang ke rumah.
***
Anton mulai marah dan
mencurigai kenakalan Maria di belakang-belakang. Padahal keduanya pernah
bertekad untuk terbang bersama-sama. Alasannya ialah Maria merasa nyaman dengan
kehadiran Roman. Katanya, Roman sangat perhatian, wajah tampan, baik dan selalu
senyum. Apakah indikator-indikator tersebut adalah contoh cinta yang membuat
nyaman, atau itu hanyalah sebuah kepalsuan? Tanya Anton dalam dirinya.
Barangkali yang membuat Maria merasa nyaman adalah jarak, ya, jarak dekat
antara Maria dan Roman adalah satu tanda yang melahirkan kenyamana dalam hati
Maria.
Tentang cinta dan nyaman adalah satu dan tak terpisahkan. Keduanya harus dipelihara dan dipahami. Kadang ada riak-riak kecil yang harus diselesaikan oleh Anton dan Maria tanpa perlu menghadirkan Roman. Sebab, cinta akan semakin retak ketika Roman diundang untuk hadir dalam hati Maria. Di Pasar Boru, Maria menemukan cinta tulus dari Roman dan berusaha untuk menanggalkan Anton. Cinta antara Anton dan Maria retak berkeping-keping.
***
Seminggu kemudian,
setelah melewati refleksi panjang, Anton memutuskan untuk meninggalkan Biara
tempat ia dididik. Ia kemudian kembali ke kampunya di Lembata dan hidup sederhana
sebagai petani. Kebunnya cukup jauh dari tempat pemukiman warga. Setiap hari ia
selalu bahagia dengan pekerjaan itu, tapi tak lama kemudian ada kabar duka.
Anton meninggal dunia di kebunnya sendiri. Banyak warga berdatangan dan
mencurigai bahwa Anton dibunuh oleh orang yang tak punya identitas. Namun,
setelah diperiksa oleh pihak kepolisian, diketahui bahwa Anton bunuh diri!!!
Tepat ketika Anton
dikuburkan, tepat itu pula Maria dan Roman menerima sakramen perkawinan di Nobo.
Pada malam harinya, dilanjutkan dengan pesta bersama keluarga besar kedua
mempelai.